Jelajahi dunia perpustakaan, tempat inspirasi, pengetahuan, dan petualangan literasi tanpa batas!

Selasa, 30 September 2025

Cara Mudah Klasifikasi Buku dengan Sistem DDC untuk Perpustakaan Sekolah

 


Perpustakaan adalah pusat sumber belajar yang menyimpan beragam informasi. Agar informasi tersebut mudah diakses oleh siswa, guru, maupun masyarakat, diperlukan sistem pengelolaan yang rapi. Salah satu kunci penting dalam pengelolaan perpustakaan adalah klasifikasi buku.

Klasifikasi buku membantu pustakawan menyusun koleksi ke dalam kelompok tertentu sehingga pembaca dapat dengan cepat menemukan buku yang mereka butuhkan. Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di dunia, termasuk di perpustakaan sekolah di Indonesia, adalah Dewey Decimal Classification (DDC).

Artikel ini akan membahas secara lengkap dan praktis tentang cara mudah melakukan klasifikasi buku dengan sistem DDC, khususnya untuk perpustakaan sekolah.

Apa Itu Sistem Klasifikasi DDC?

DDC atau Dewey Decimal Classification adalah sistem klasifikasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Melvil Dewey pada tahun 1876. Sistem ini membagi pengetahuan ke dalam 10 kelas besar (main classes), kemudian setiap kelas dibagi lagi ke dalam divisi (100-an), dan subdivisi (10-an).

Keunggulan DDC adalah:

  1. Sederhana: menggunakan angka desimal yang mudah dipahami.

  2. Fleksibel: dapat digunakan di perpustakaan besar maupun kecil.

  3. Universal: dipakai hampir di seluruh dunia, sehingga koleksi lebih mudah dipahami secara global.

  4. Terstruktur: memudahkan penyusunan rak dan pencarian koleksi.

Struktur Dasar DDC

DDC membagi pengetahuan menjadi 10 kelas utama, yaitu:

  1. 000 – Karya Umum (Ilmu komputer, informasi, ensiklopedia, koran)

  2. 100 – Filsafat & Psikologi

  3. 200 – Agama

  4. 300 – Ilmu Sosial

  5. 400 – Bahasa

  6. 500 – Ilmu Murni/Sains

  7. 600 – Teknologi (Ilmu terapan, kedokteran, pertanian, teknik)

  8. 700 – Kesenian & Rekreasi

  9. 800 – Sastra

  10. 900 – Sejarah & Geografi

Setiap kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi, dan setiap divisi dibagi menjadi 10 bagian lebih spesifik. Misalnya:

  • 500 Ilmu Murni

    • 510 Matematika

    • 520 Astronomi

    • 530 Fisika

    • 540 Kimia

    • 550 Ilmu bumi

    • 560 Paleontologi

    • 570 Biologi

    • 580 Botani

    • 590 Zoologi

Dengan sistem ini, setiap buku akan mendapatkan nomor klasifikasi yang spesifik, misalnya 510 untuk Matematika, 297 untuk Islam, atau 398.2 untuk cerita rakyat.

Mengapa Perpustakaan Sekolah Perlu Menggunakan DDC?

  1. Mempermudah Pencarian
    Siswa bisa langsung menuju rak sesuai nomor klasifikasi tanpa harus bertanya terus-menerus.

  2. Membiasakan Literasi Informasi
    Dengan terbiasa membaca kode DDC, siswa belajar menelusuri informasi secara sistematis.

  3. Menata Rak Lebih Rapi
    Buku tidak bercampur aduk, tetapi dikelompokkan sesuai bidang ilmu.

  4. Mudah Digunakan Semua Pustakawan
    Karena bersifat universal, setiap pustakawan bisa menggunakan aturan yang sama tanpa membingungkan pengguna.

Cara Mudah Klasifikasi Buku dengan Sistem DDC

Berikut langkah-langkah praktis untuk pustakawan sekolah dalam mengklasifikasikan buku:

1. Membaca Identitas Buku

Langkah pertama adalah membaca informasi dasar buku, meliputi:

  • Judul buku

  • Pengarang

  • Subjek atau isi utama

  • ISBN dan keterangan penerbit

Identitas ini biasanya terdapat pada halaman judul dan halaman balik judul.

2. Menentukan Subjek Utama Buku

Pustakawan perlu mengidentifikasi fokus utama buku. Contoh:

  • Buku berjudul "Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD" → subjeknya IPA.

  • Buku "Cerita Rakyat Nusantara" → subjeknya folklor/sastra rakyat.

  • Buku "Dasar-dasar Psikologi Pendidikan" → subjeknya psikologi terapan di bidang pendidikan.

Menentukan subjek adalah langkah penting agar nomor klasifikasi tepat sasaran.

3. Menyesuaikan dengan Tabel DDC

Setelah menemukan subjek, pustakawan mencocokkannya dengan tabel DDC. Misalnya:

  • IPA → kelas 500.

  • Folklor → kelas 398.2.

  • Psikologi pendidikan → kelas 150 atau 370.15 (tergantung fokus).

Untuk mempermudah, pustakawan bisa menggunakan DDC ringkas (Summary Edition) yang tersedia untuk perpustakaan kecil, seperti sekolah dasar.

4. Memberikan Nomor Klasifikasi

Nomor klasifikasi ditentukan sesuai hasil pencocokan dengan DDC. Contoh:

  • Buku Matematika Dasar510.

  • Buku Belajar Bahasa Inggris420.

  • Buku Sejarah Indonesia959.8.

  • Buku Ensiklopedia Hewan590.

Nomor ini nantinya akan ditempel pada label di punggung buku.

5. Menambahkan Notasi Tambahan (Jika Perlu)

DDC memungkinkan penggunaan angka desimal untuk memperinci subjek. Contoh:

  • 370 → Pendidikan

  • 372 → Pendidikan dasar

  • 372.3 → Matematika di pendidikan dasar

Dengan begitu, klasifikasi bisa lebih spesifik sesuai kebutuhan pengguna.

6. Menulis Nomor Klasifikasi pada Label

Nomor klasifikasi ditulis pada label dan ditempel di punggung buku. Biasanya label terdiri dari:

  • Nomor klasifikasi (misalnya 510)

  • Tiga huruf pertama nama pengarang atau judul (misalnya SMI untuk Smith)

Contoh label:

510
SMI

7. Menyusun Buku di Rak

Buku disusun di rak sesuai urutan angka dari kecil ke besar. Dengan cara ini:

  • Buku nomor 100 ditempatkan sebelum 200.

  • Buku 510 ditempatkan sebelum 520.

  • Buku 398.2 ditempatkan setelah 398.1.

Susunan rak menjadi rapi dan memudahkan pencarian.

Contoh Penerapan Klasifikasi Buku di Perpustakaan Sekolah

  1. Buku "Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan"000 (Karya umum)

  2. Buku "Filsafat Hidup Orang Jawa"181 (Filsafat Timur)

  3. Buku "Al-Qur’an dan Terjemahannya"297 (Islam)

  4. Buku "Sosiologi untuk SMA"301 (Ilmu sosial)

  5. Buku "Belajar Bahasa Indonesia"499.221 (Bahasa Indonesia)

  6. Buku "Ilmu Biologi Dasar"570 (Biologi)

  7. Buku "Teknik Pertanian Modern"630 (Pertanian)

  8. Buku "Sejarah Dunia Kuno"930 (Sejarah kuno)

  9. Buku "Novel Remaja"813 (Fiksi sastra Amerika)

  10. Buku "Cerita Rakyat Jawa Tengah"398.2 (Folklor, dongeng, mitos)

Tips Praktis untuk Pustakawan Sekolah

  1. Gunakan DDC Ringkas
    Versi ringkas lebih mudah digunakan dibanding edisi lengkap yang sangat tebal.

  2. Manfaatkan Software Perpustakaan
    Aplikasi seperti SLiMS sudah memiliki fitur klasifikasi sehingga lebih cepat.

  3. Buat Panduan Kecil
    Tempelkan poster “10 Kelas Utama DDC” di ruang perpustakaan agar siswa terbiasa.

  4. Latih Siswa Pengurus Perpustakaan
    Ajari mereka membaca kode klasifikasi agar bisa membantu teman-temannya.

  5. Lakukan Secara Konsisten
    Gunakan aturan yang sama untuk semua koleksi agar tidak membingungkan.

Penutup

Klasifikasi buku dengan sistem DDC bukanlah hal yang rumit jika dilakukan secara bertahap. Dengan mengenali identitas buku, menentukan subjek, mencocokkan dengan tabel DDC, hingga menempelkan nomor di label, pustakawan sekolah dapat menyusun koleksi secara rapi dan sistematis.

Melalui penerapan DDC, perpustakaan sekolah tidak hanya terlihat lebih profesional, tetapi juga membantu siswa dan guru menemukan informasi dengan cepat. Pada akhirnya, klasifikasi buku yang baik akan mendukung terciptanya budaya literasi yang kuat di lingkungan sekolah.

Dengan panduan sederhana ini, diharapkan pustakawan sekolah dapat lebih percaya diri mengklasifikasikan koleksi, sehingga perpustakaan benar-benar menjadi jantung pembelajaran.

logoblog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar