Perpustakaan adalah pusat sumber belajar yang menyimpan beragam informasi. Agar informasi tersebut mudah diakses oleh siswa, guru, maupun masyarakat, diperlukan sistem pengelolaan yang rapi. Salah satu kunci penting dalam pengelolaan perpustakaan adalah klasifikasi buku.
Klasifikasi buku membantu pustakawan menyusun koleksi ke dalam kelompok tertentu sehingga pembaca dapat dengan cepat menemukan buku yang mereka butuhkan. Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di dunia, termasuk di perpustakaan sekolah di Indonesia, adalah Dewey Decimal Classification (DDC).
Artikel ini akan membahas secara lengkap dan praktis tentang cara mudah melakukan klasifikasi buku dengan sistem DDC, khususnya untuk perpustakaan sekolah.
Apa Itu Sistem Klasifikasi DDC?
DDC atau Dewey Decimal Classification adalah sistem klasifikasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Melvil Dewey pada tahun 1876. Sistem ini membagi pengetahuan ke dalam 10 kelas besar (main classes), kemudian setiap kelas dibagi lagi ke dalam divisi (100-an), dan subdivisi (10-an).
Keunggulan DDC adalah:
-
Sederhana: menggunakan angka desimal yang mudah dipahami.
-
Fleksibel: dapat digunakan di perpustakaan besar maupun kecil.
-
Universal: dipakai hampir di seluruh dunia, sehingga koleksi lebih mudah dipahami secara global.
-
Terstruktur: memudahkan penyusunan rak dan pencarian koleksi.
Struktur Dasar DDC
DDC membagi pengetahuan menjadi 10 kelas utama, yaitu:
-
000 – Karya Umum (Ilmu komputer, informasi, ensiklopedia, koran)
-
100 – Filsafat & Psikologi
-
200 – Agama
-
300 – Ilmu Sosial
-
400 – Bahasa
-
500 – Ilmu Murni/Sains
-
600 – Teknologi (Ilmu terapan, kedokteran, pertanian, teknik)
-
700 – Kesenian & Rekreasi
-
800 – Sastra
-
900 – Sejarah & Geografi
Setiap kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi, dan setiap divisi dibagi menjadi 10 bagian lebih spesifik. Misalnya:
-
500 Ilmu Murni
-
510 Matematika
-
520 Astronomi
-
530 Fisika
-
540 Kimia
-
550 Ilmu bumi
-
560 Paleontologi
-
570 Biologi
-
580 Botani
-
590 Zoologi
-
Dengan sistem ini, setiap buku akan mendapatkan nomor klasifikasi yang spesifik, misalnya 510 untuk Matematika, 297 untuk Islam, atau 398.2 untuk cerita rakyat.
Mengapa Perpustakaan Sekolah Perlu Menggunakan DDC?
-
Mempermudah PencarianSiswa bisa langsung menuju rak sesuai nomor klasifikasi tanpa harus bertanya terus-menerus.
-
Membiasakan Literasi InformasiDengan terbiasa membaca kode DDC, siswa belajar menelusuri informasi secara sistematis.
-
Menata Rak Lebih RapiBuku tidak bercampur aduk, tetapi dikelompokkan sesuai bidang ilmu.
-
Mudah Digunakan Semua PustakawanKarena bersifat universal, setiap pustakawan bisa menggunakan aturan yang sama tanpa membingungkan pengguna.
Cara Mudah Klasifikasi Buku dengan Sistem DDC
Berikut langkah-langkah praktis untuk pustakawan sekolah dalam mengklasifikasikan buku:
1. Membaca Identitas Buku
Langkah pertama adalah membaca informasi dasar buku, meliputi:
-
Judul buku
-
Pengarang
-
Subjek atau isi utama
-
ISBN dan keterangan penerbit
Identitas ini biasanya terdapat pada halaman judul dan halaman balik judul.
2. Menentukan Subjek Utama Buku
Pustakawan perlu mengidentifikasi fokus utama buku. Contoh:
-
Buku berjudul "Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD" → subjeknya IPA.
-
Buku "Cerita Rakyat Nusantara" → subjeknya folklor/sastra rakyat.
-
Buku "Dasar-dasar Psikologi Pendidikan" → subjeknya psikologi terapan di bidang pendidikan.
Menentukan subjek adalah langkah penting agar nomor klasifikasi tepat sasaran.
3. Menyesuaikan dengan Tabel DDC
Setelah menemukan subjek, pustakawan mencocokkannya dengan tabel DDC. Misalnya:
-
IPA → kelas 500.
-
Folklor → kelas 398.2.
-
Psikologi pendidikan → kelas 150 atau 370.15 (tergantung fokus).
Untuk mempermudah, pustakawan bisa menggunakan DDC ringkas (Summary Edition) yang tersedia untuk perpustakaan kecil, seperti sekolah dasar.
4. Memberikan Nomor Klasifikasi
Nomor klasifikasi ditentukan sesuai hasil pencocokan dengan DDC. Contoh:
-
Buku Matematika Dasar → 510.
-
Buku Belajar Bahasa Inggris → 420.
-
Buku Sejarah Indonesia → 959.8.
-
Buku Ensiklopedia Hewan → 590.
Nomor ini nantinya akan ditempel pada label di punggung buku.
5. Menambahkan Notasi Tambahan (Jika Perlu)
DDC memungkinkan penggunaan angka desimal untuk memperinci subjek. Contoh:
-
370 → Pendidikan
-
372 → Pendidikan dasar
-
372.3 → Matematika di pendidikan dasar
Dengan begitu, klasifikasi bisa lebih spesifik sesuai kebutuhan pengguna.
6. Menulis Nomor Klasifikasi pada Label
Nomor klasifikasi ditulis pada label dan ditempel di punggung buku. Biasanya label terdiri dari:
-
Nomor klasifikasi (misalnya 510)
-
Tiga huruf pertama nama pengarang atau judul (misalnya SMI untuk Smith)
Contoh label:
510SMI
7. Menyusun Buku di Rak
Buku disusun di rak sesuai urutan angka dari kecil ke besar. Dengan cara ini:
-
Buku nomor 100 ditempatkan sebelum 200.
-
Buku 510 ditempatkan sebelum 520.
-
Buku 398.2 ditempatkan setelah 398.1.
Susunan rak menjadi rapi dan memudahkan pencarian.
Contoh Penerapan Klasifikasi Buku di Perpustakaan Sekolah
-
Buku "Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan" → 000 (Karya umum)
-
Buku "Filsafat Hidup Orang Jawa" → 181 (Filsafat Timur)
-
Buku "Al-Qur’an dan Terjemahannya" → 297 (Islam)
-
Buku "Sosiologi untuk SMA" → 301 (Ilmu sosial)
-
Buku "Belajar Bahasa Indonesia" → 499.221 (Bahasa Indonesia)
-
Buku "Ilmu Biologi Dasar" → 570 (Biologi)
-
Buku "Teknik Pertanian Modern" → 630 (Pertanian)
-
Buku "Sejarah Dunia Kuno" → 930 (Sejarah kuno)
-
Buku "Novel Remaja" → 813 (Fiksi sastra Amerika)
-
Buku "Cerita Rakyat Jawa Tengah" → 398.2 (Folklor, dongeng, mitos)
Tips Praktis untuk Pustakawan Sekolah
-
Gunakan DDC RingkasVersi ringkas lebih mudah digunakan dibanding edisi lengkap yang sangat tebal.
-
Manfaatkan Software PerpustakaanAplikasi seperti SLiMS sudah memiliki fitur klasifikasi sehingga lebih cepat.
-
Buat Panduan KecilTempelkan poster “10 Kelas Utama DDC” di ruang perpustakaan agar siswa terbiasa.
-
Latih Siswa Pengurus PerpustakaanAjari mereka membaca kode klasifikasi agar bisa membantu teman-temannya.
-
Lakukan Secara KonsistenGunakan aturan yang sama untuk semua koleksi agar tidak membingungkan.
Penutup
Klasifikasi buku dengan sistem DDC bukanlah hal yang rumit jika dilakukan secara bertahap. Dengan mengenali identitas buku, menentukan subjek, mencocokkan dengan tabel DDC, hingga menempelkan nomor di label, pustakawan sekolah dapat menyusun koleksi secara rapi dan sistematis.
Melalui penerapan DDC, perpustakaan sekolah tidak hanya terlihat lebih profesional, tetapi juga membantu siswa dan guru menemukan informasi dengan cepat. Pada akhirnya, klasifikasi buku yang baik akan mendukung terciptanya budaya literasi yang kuat di lingkungan sekolah.
Dengan panduan sederhana ini, diharapkan pustakawan sekolah dapat lebih percaya diri mengklasifikasikan koleksi, sehingga perpustakaan benar-benar menjadi jantung pembelajaran.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar