Perpustakaan bukan hanya gudang buku, melainkan pusat informasi, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat. Di balik perpustakaan yang efektif, ada sosok pustakawan yang memainkan peran penting dalam merancang dan mengembangkan koleksi. Pengembangan koleksi yang tepat sasaran sangat bergantung pada keahlian pustakawan dalam menyeleksi bahan pustaka yang relevan, berkualitas, serta sesuai dengan kebutuhan lokal. Selain itu, kolaborasi pustakawan dengan komunitas, seperti melakukan survei minat baca warga desa, menjadi strategi penting dalam memastikan koleksi perpustakaan benar-benar bermanfaat dan diminati.
Peran Pustakawan dalam Pengembangan Koleksi
1. Perencana dan Penentu Arah Koleksi
Pustakawan bertugas untuk memastikan koleksi perpustakaan terus berkembang dan relevan dengan zaman. Ini mencakup evaluasi koleksi lama, identifikasi kebutuhan informasi, serta penyusunan kebijakan pengadaan bahan pustaka. Pustakawan tidak hanya mengandalkan insting, tetapi juga menerapkan metode analisis kebutuhan pengguna berdasarkan data peminjaman, permintaan pengguna, serta tren literasi yang berkembang.
2. Seleksi Bahan Pustaka: Relevansi, Kualitas, dan Kebutuhan Lokal
Proses seleksi merupakan inti dari pengembangan koleksi. Ada tiga pertimbangan utama yang digunakan pustakawan dalam memilih bahan pustaka:
- Relevansi: Apakah bahan pustaka sesuai dengan misi dan tujuan perpustakaan? Pustakawan mempertimbangkan kurikulum (untuk perpustakaan sekolah), kebutuhan pendidikan masyarakat, atau fokus informasi lokal seperti pertanian, kesehatan, atau kearifan lokal.
Kualitas: Buku atau bahan pustaka harus berasal dari sumber terpercaya. Pustakawan menilai isi, keakuratan informasi, bahasa, serta kelengkapan data. Selain itu, penting juga melihat reputasi penulis atau penerbit.
- Kebutuhan Lokal: Setiap komunitas memiliki kebutuhan yang unik. Di desa pertanian, misalnya, buku-buku tentang pertanian organik atau peternakan lokal lebih berguna dibandingkan buku bisnis internasional. Pustakawan harus peka terhadap konteks sosial dan ekonomi wilayahnya.
3. Evaluasi dan Penyiangan Koleksi
Selain menambahkan bahan baru, pustakawan juga bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan menyiangi (weeding) koleksi yang tidak lagi relevan, rusak, atau tidak diminati. Penyiangan koleksi membantu menjaga kualitas dan kebaruan bahan pustaka yang tersedia, serta memberi ruang untuk koleksi yang lebih berguna.
Kolaborasi dengan Komunitas: Kunci Keberhasilan Pengembangan Koleksi
1. Menggali Informasi dari Warga: Survei Minat Baca
Kolaborasi dengan komunitas bukan hanya soal promosi, tapi juga partisipasi aktif dalam proses pengembangan koleksi. Salah satu cara efektif adalah melalui survei minat baca. Pustakawan bisa menyebarkan kuesioner sederhana ke warga desa atau komunitas sekitar untuk mengetahui:
- Jenis buku apa yang paling mereka sukai?
- Apa tujuan utama mereka membaca? (hiburan, belajar, keterampilan hidup)
- Apakah ada topik tertentu yang mereka ingin pelajari?
- Bagaimana cara mereka mengakses buku saat ini?
Survei ini bisa dilakukan secara langsung, melalui pos ronda, pertemuan warga, atau secara daring menggunakan Google Form jika memungkinkan.
2. Diskusi Kelompok Terfokus (FGD)
Selain survei, pustakawan juga dapat mengadakan diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan tokoh masyarakat, guru, kelompok ibu rumah tangga, karang taruna, dan komunitas lainnya. Dari hasil FGD ini, pustakawan bisa memperoleh wawasan mendalam tentang kebutuhan dan potensi pembaca.
3. Kemitraan dengan Organisasi Lokal
Pustakawan juga bisa menjalin kerja sama dengan lembaga lokal seperti PKK, kelompok tani, posyandu, dan sekolah. Mereka dapat menjadi mitra penting dalam penyebaran informasi, peminjaman kolektif, serta sebagai pengusul kebutuhan bacaan khusus bagi kelompok tertentu.
Studi Kasus: Pustakawan dan Perpustakaan Desa Melati
Perpustakaan Desa Melati, yang dikelola oleh seorang pustakawan bernama Ibu Rina, berhasil meningkatkan jumlah pengunjung hingga 70% dalam satu tahun setelah mengadakan survei minat baca dan FGD. Dari hasil survei, diketahui bahwa warga sangat tertarik pada topik peternakan lele dan pengolahan hasil tani. Ibu Rina kemudian mengusulkan pengadaan buku-buku praktis seputar topik tersebut ke Dinas Perpustakaan Kabupaten dan berhasil mendapatkan dukungan hibah buku. Selain itu, beliau juga melibatkan warga dalam program “Sumbang Judul Buku,” di mana warga boleh mengusulkan buku yang ingin mereka baca setiap bulan.
Kesimpulan
Peran pustakawan dalam pengembangan koleksi sangat vital dan multidimensional. Tidak hanya sebagai pengelola, tetapi juga sebagai penghubung antara informasi dan masyarakat. Proses seleksi bahan pustaka yang mempertimbangkan relevansi, kualitas, dan kebutuhan lokal menjadi fondasi perpustakaan yang berguna dan dicintai. Sementara itu, kolaborasi aktif dengan komunitas, seperti melalui survei minat baca, menjadikan perpustakaan lebih responsif dan dinamis. Dengan pendekatan ini, pustakawan berperan bukan hanya sebagai penjaga buku, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial dan budaya di komunitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar