Dunia Perpustakaan

Jelajahi dunia perpustakaan, tempat inspirasi, pengetahuan, dan petualangan literasi tanpa batas!

Jumat, 17 Oktober 2025

Buku Anak September 2025: Pilihan Baru dari Dalam dan Luar Negeri untuk Rak Anak Anda

Bulan September 2025 menghadirkan gelombang rilisan menarik untuk pembaca anak: mulai dari picture book bergambar indah, buku aktivitas dan stiker yang menyenangkan, sampai middle-grade yang menawarkan petualangan dan emosi mendalam. Untuk orangtua, guru, dan pustakawan sekolah dasar, bulan ini adalah kesempatan bagus memperbarui koleksi dengan judul-judul yang segar, beragam tema, dan kualitas ilustrasi tinggi — baik dari penerbit luar negeri maupun karya/edisi yang beredar di pasar Indonesia. Di bawah ini saya rangkum highlight rilisan internasional yang patut dicari, serta situasi rilisan anak di pasar Indonesia pada bulan yang sama.

Sorotan rilisan internasional (luar negeri)

Beberapa judul internasional yang mendapat sorotan kritikus dan masuk daftar rilis anak pada September 2025 menawarkan variasi genre dan gaya — dari picture book yang puitis hingga middle-grade penuh imajinasi:

  • The 13th Day of Christmas — Adam Rex
    Sebuah twist lucu pada lagu klasik “The Twelve Days of Christmas”; cocok untuk anak 5–8 tahun yang suka humor riuh dan repetisi yang mudah diikuti. (daftar rilisan PW untuk September 2025). 

  • Piccolo — Dan Yaccarino
    Picture book bertempo santai tentang penjelajahan kota kecil di Italia; menarik secara visual dan cocok untuk pembaca usia prasekolah sampai awal sekolah dasar. (tercatat di ringkasan rilisan PW bulan September). 

  • Snow Kid — Jessie Sima
    Cerita identitas dan persahabatan yang dibungkus ilustrasi indah — salah satu picture book berperingkat di daftar “new and noteworthy” pada September. 

  • Little Rebels — Yuyi Morales
    Judul bernilai-nilai (values-based) dari ilustrator pemenang penghargaan, menawarkan pesan keberanian, rasa ingin tahu, dan kasih sayang; direkomendasikan bagi keluarga yang ingin buku dengan pesan sosial positif. 

  • The Last Resort — Erin Entrada Kelly (middle grade)
    Untuk pembaca 8–12 tahun yang suka cerita sedikit menegangkan dan suasana misteri; novel ini menghadirkan latar penginapan/inn yang penuh rahasia dan sedikit nuansa supernatural. 

Daftar rilisan anak internasional untuk bulan ini dipantau oleh banyak toko dan organisasi buku (contoh: Publishers Weekly, Bookshop.org, perpustakaan yang mempublikasikan “new releases” lists), sehingga orangtua bisa mencari review singkat atau sample halaman sebelum memutuskan membeli. 


Situasi rilisan dan pasar buku anak di Indonesia — September 2025

Di Indonesia, September 2025 diwarnai oleh dua fenomena penting untuk dunia buku anak:

  1. Rangkaian rilisan baru mingguan pada toko buku besar — Periplus dan toko buku besar lokal mengumumkan “new arrivals” setiap minggu sepanjang bulan; di antara rilisan ada banyak buku aktivitas (sticker/aktivitas), buku pengetahuan anak, dan komik/graphic novel untuk pembaca muda. Ini menunjukkan pasar domestik aktif memasukkan buku anak baru setiap minggu pada periode ini. 

  2. Program pemerintah & distribusi terjemahan cerita anak — Pada awal September terdapat peluncuran paket besar kitab terjemahan/edisi cerita anak yang dikumpulkan oleh instansi terkait (contoh: peluncuran ribuan judul terjemahan cerita anak oleh instansi terkait pada ajang literasi nasional), yang secara signifikan menambah ketersediaan bacaan anak terjemahan di Indonesia. Inisiatif seperti ini berdampak langsung pada akses buku anak dalam bahasa Indonesia di sekolah dan perpustakaan daerah.

Selain itu, penerbit besar lokal (Elex Media, Mizan, Gramedia dan lainnya) aktif merilis judul baru pada bulan September — terutama komik, buku aktivitas, dan beberapa picture book/boardbook lokal. Contoh rilisan komik/serial yang masuk jadwal terbit lokal pada 10 September 2025 tercatat di pengumuman jadwal terbit (Elex Media dan penerbit lainnya), menandakan banyak materi anak/komik juga beredar pada bulan itu.

Contoh tipe rilisan anak yang mudah ditemukan di pasar Indonesia selama September 2025

  • Buku aktivitas (sticker books, mencari & menemukan, activity books) — populer untuk usia 3–8 tahun dan sering muncul sebagai rilisan mingguan di Periplus/Gramedia. 

  • Komik dan seri manga untuk anak/remaja — beberapa judul volume baru masuk jadwal terbit nasional (lihat jadwal terbit komik penerbit lokal seperti Elex Media). 

  • Buku pengetahuan ringkas & pop-science anak — edisi ringkas, boardbook, dan topik gizi/parenting untuk pendamping anak juga dirilis dan dipromosikan oleh Gramedia/E-book katalog. 

Tips memilih buku anak yang dirilis bulan September 2025

  1. Sesuaikan usia & tujuan membaca — picture book bergambar (agem 2–7), chapter book/early reader (6–9), middle grade (8–12). Periksa rekomendasi usia di detail buku sebelum membeli. 

  2. Cek sampel halaman/preview — banyak toko online (Periplus, Gramedia, Bookshop) menyediakan preview halaman; baca beberapa halaman untuk memastikan gaya bahasa dan ilustrasi sesuai. 

  3. Perhatikan keberagaman & representasi — beberapa rilisan September 2025 mendapat pujian karena keterwakilan budaya atau nilai inklusif — buku semacam ini bagus untuk memperluas wawasan anak. 

  4. Buku aktivitas untuk keterampilan motorik — sticker & activity books yang banyak dirilis berguna untuk melatih koordinasi motorik halus dan menambah variasi kegiatan offline. 

Kesimpulan

September 2025 adalah bulan yang kaya rilisan untuk pembaca anak. Di level internasional, ada banyak picture book berkualitas dan middle-grade yang mendapat perhatian kritikus; di level domestik, pasar Indonesia aktif dengan rilisan mingguan (termasuk buku aktivitas dan komik), serta ada inisiatif besar yang meningkatkan ketersediaan buku terjemahan cerita anak di acara literasi nasional. Bagi pustakawan sekolah, guru, dan orangtua: ini momen tepat meninjau koleksi, menambahkan beberapa judul bergambar atau aktivitas baru, dan memanfaatkan program distribusi lokal untuk memperkaya rak bacaan anak.



Referensi / Sumber (dibaca per September 2025)

(Saya menaruh tautan sumber yang saya pakai untuk menyiapkan ringkasan ini.)

  1. Publishers Weekly — New and Noteworthy Children’s and YA Books: September 2025. PublishersWeekly.com

  2. Bookshop.org / Bookshop lists — September 2025 Children’s Releases. Bookshop

  3. Bookshop.org — September 2025 Children's Releases (list page). Bookshop

  4. Periplus Blog — Buku Terbaru Pekan Pertama / Kedua / Ketiga / Keempat September 2025 (new arrivals / new releases di Periplus Indonesia). Periplus Blog+1

  5. ANTARA News — laporan Peluncuran ribuan judul buku terjemahan cerita anak (Pesta Literasi Indonesia) — peluncuran rilisan terjemahan pada awal September 2025. Antara News

  6. TitipJepang / jadwal terbit lokal — jadwal terbit komik/volume yang beredar di pasar Indonesia pada 10 September 2025 (Elex Media, m&c!, Phoenix Gramedia). TITIP JEPANG

  7. InclusiveBooksForChildren.org — daftar buku anak inklusif terbaik yang keluar September 2025.

logoblog

Rabu, 01 Oktober 2025

10 Ide Kegiatan Literasi Harian di Perpustakaan Sekolah yang Menarik dan Efektif

 Perpustakaan sekolah adalah jantung dari kegiatan literasi. Di sinilah siswa tidak hanya menemukan buku, tetapi juga pengalaman berharga yang mampu menumbuhkan minat baca, menajamkan daya kritis, dan memperkaya wawasan. Namun, fungsi perpustakaan tidak akan maksimal jika hanya digunakan sebagai tempat meminjam dan mengembalikan buku.

Agar perpustakaan benar-benar menjadi pusat belajar yang hidup, pustakawan bersama guru dapat mengadakan kegiatan literasi harian. Dengan program sederhana namun konsisten, siswa akan terbiasa berinteraksi dengan buku, mengembangkan keterampilan membaca, sekaligus membangun budaya literasi sejak dini.

Artikel ini akan membahas berbagai ide kegiatan literasi harian di perpustakaan sekolah yang bisa Anda terapkan untuk membuat suasana perpustakaan lebih menarik dan bermanfaat.

1. Membaca 15 Menit Sebelum Kegiatan Belajar

Kegiatan membaca 15 menit sudah menjadi bagian dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Perpustakaan dapat memfasilitasi kegiatan ini dengan menyediakan koleksi bacaan ringan seperti cerita pendek, dongeng, komik edukatif, atau artikel majalah anak.

Manfaat:

  • Membiasakan siswa membaca setiap hari.

  • Meningkatkan konsentrasi sebelum belajar.

  • Menumbuhkan rasa cinta terhadap buku.

Tips pelaksanaan: buat jadwal rotasi agar setiap kelas mendapat giliran membaca di perpustakaan sebelum masuk pelajaran.

2. Storytelling atau Membacakan Cerita

Kegiatan membaca nyaring (read aloud) atau storytelling sangat efektif, terutama untuk siswa SD kelas rendah. Pustakawan atau guru bisa membacakan buku bergambar, dongeng rakyat, atau fabel, lalu mengajak anak berdiskusi singkat tentang isi cerita.

Kegiatan ini dapat dilakukan setiap pagi atau menjelang pulang sekolah, sehingga siswa memiliki pengalaman membaca yang menyenangkan.

3. Jurnal Membaca Harian

Setiap siswa diberi buku jurnal literasi untuk menuliskan judul buku yang mereka baca setiap hari di perpustakaan. Mereka juga bisa menulis ringkasan singkat, menggambar tokoh favorit, atau menuliskan kalimat kesan.

Manfaat:

  • Melatih keterampilan menulis.

  • Membiasakan refleksi setelah membaca.

  • Membantu pustakawan dan guru melacak perkembangan minat baca siswa.

4. Pojok Rekomendasi Buku

Perpustakaan bisa membuat papan khusus bertuliskan “Buku Favorit Hari Ini” atau “Rekomendasi Buku Minggu Ini”. Setiap hari, pustakawan atau siswa secara bergiliran bisa memilih satu buku untuk direkomendasikan kepada teman-temannya.

Kegiatan ini melatih keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat, sekaligus menumbuhkan kebanggaan karena buku pilihannya dibaca orang lain.

5. Book Talk Singkat

Selain membaca, siswa juga dapat diajak berbagi tentang buku yang mereka baca melalui book talk singkat. Dalam waktu 3–5 menit, siswa menyampaikan isi cerita, tokoh favorit, atau pesan moral dari buku tersebut.

Kegiatan ini tidak hanya melatih keterampilan berbicara, tetapi juga mendorong siswa lain untuk tertarik membaca buku yang sama.

6. Membuat Catatan Kata Baru

Setiap kali membaca buku, siswa diajak menuliskan kata baru yang belum mereka pahami, lalu membahas maknanya bersama pustakawan atau guru. Hasil catatan kata baru ini bisa ditempel di papan “Kamus Mini Perpustakaan”.

Manfaat:

  • Memperkaya kosakata siswa.

  • Melatih kemampuan memahami teks.

  • Membuat suasana belajar lebih interaktif.

7. Membaca Berantai

Membaca berantai dilakukan dengan cara siswa membaca buku secara bergilir, misalnya satu paragraf atau satu halaman per anak. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam kelompok kecil di perpustakaan.

Membaca berantai membuat siswa merasa terlibat, melatih kemampuan membaca lantang, sekaligus meningkatkan rasa percaya diri.

8. Menulis Ulasan Mini di Kartu Buku

Setelah membaca, siswa bisa menulis ulasan singkat pada kartu kecil yang ditempelkan di rak buku. Misalnya:

  • “Ceritanya seru, aku suka tokohnya!”

  • “Bukunya lucu dan gambarnya bagus.”

Kartu ulasan ini akan menjadi referensi menarik bagi siswa lain yang ingin membaca buku tersebut.

9. Aktivitas Kreatif Pasca Membaca

Perpustakaan juga dapat mengadakan kegiatan lanjutan setelah membaca, misalnya:

  • Menggambar tokoh cerita.

  • Membuat puisi berdasarkan buku yang dibaca.

  • Menulis surat untuk tokoh dalam cerita.

  • Membuat komik strip sederhana.

Aktivitas kreatif ini menjadikan membaca tidak sekadar kegiatan pasif, tetapi juga melatih imajinasi dan ekspresi siswa.

10. Tantangan Literasi Harian

Untuk menambah semangat, perpustakaan bisa membuat tantangan literasi seperti:

  • Membaca minimal 1 buku dalam seminggu.

  • Menemukan 5 kata baru setiap hari.

  • Menulis 1 kalimat refleksi setiap selesai membaca.

Tantangan literasi bisa dilengkapi dengan sistem poin atau penghargaan sederhana seperti sertifikat, stiker, atau pin literasi.

Tips Pelaksanaan Kegiatan Literasi Harian di Perpustakaan

Agar ide-ide di atas berjalan lancar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Konsistensi
    Lakukan kegiatan setiap hari meski sederhana. Konsistensi akan membentuk kebiasaan membaca pada siswa.

  2. Variasi Kegiatan
    Jangan terpaku pada satu metode. Ganti kegiatan secara berkala agar siswa tidak bosan.

  3. Kolaborasi Guru dan Pustakawan
    Pustakawan tidak bisa bekerja sendiri. Guru perlu ikut mendukung agar literasi menjadi budaya sekolah.

  4. Apresiasi Siswa
    Berikan penghargaan kecil, misalnya dengan memajang hasil karya di papan literasi atau memberikan stiker bintang.

  5. Libatkan Orang Tua
    Ajak orang tua untuk mendukung kegiatan literasi di rumah, sehingga kebiasaan membaca berlanjut di luar sekolah.

Kesimpulan

Perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam membentuk budaya membaca. Melalui berbagai kegiatan literasi harian yang sederhana namun kreatif, siswa dapat terbiasa membaca, menulis, dan berpikir kritis.

Kegiatan seperti membaca 15 menit, storytelling, jurnal membaca, book talk, hingga aktivitas kreatif pasca membaca, tidak hanya membuat anak mencintai buku tetapi juga membangun keterampilan hidup yang bermanfaat.

Dengan konsistensi dan dukungan dari semua pihak, perpustakaan akan menjadi pusat literasi yang benar-benar hidup, menyenangkan, dan inspiratif bagi siswa.

logoblog

10 Strategi Efektif Meningkatkan Minat Baca Siswa SD agar Lebih Cinta Buku

 




Membaca adalah jendela dunia. Ungkapan ini bukan sekadar slogan, melainkan kunci penting untuk membuka wawasan, memperluas pengetahuan, dan meningkatkan kualitas hidup. Bagi siswa sekolah dasar (SD), membaca menjadi keterampilan dasar yang harus dikuasai sejak dini. Namun, pada kenyataannya, tidak sedikit anak yang masih enggan membaca karena merasa bosan, kurang termotivasi, atau lebih tertarik pada gawai dan hiburan digital.

Oleh karena itu, guru, pustakawan, dan orang tua memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat baca siswa. Strategi yang tepat akan membuat anak merasa membaca bukan lagi kewajiban, melainkan kegiatan menyenangkan yang penuh petualangan. Artikel ini akan membahas strategi efektif untuk meningkatkan minat baca siswa SD.

1. Menciptakan Lingkungan Membaca yang Menyenangkan

Lingkungan yang mendukung akan memengaruhi kebiasaan anak dalam membaca. Anak-anak yang tumbuh di ruang dengan banyak buku, rak yang rapi, dan suasana yang nyaman, biasanya lebih mudah tertarik membaca.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Menyediakan pojok baca di kelas maupun rumah dengan bean bag, karpet, atau kursi nyaman.

  • Memajang buku dengan sampul menghadap ke depan agar terlihat menarik.

  • Menghadirkan variasi bacaan, seperti buku cerita, komik edukatif, majalah anak, dan ensiklopedia bergambar.

  • Memberikan akses mudah ke perpustakaan sekolah dan komunitas.

2. Memilih Bacaan Sesuai Usia dan Minat Anak

Salah satu penyebab anak enggan membaca adalah karena buku yang disediakan tidak sesuai dengan tingkat pemahaman atau minat mereka.

Tips memilih bacaan:

  • Untuk siswa kelas rendah (kelas 1–3), pilih buku dengan teks sederhana, ilustrasi berwarna, dan kalimat pendek.

  • Untuk siswa kelas tinggi (kelas 4–6), pilih bacaan dengan alur lebih kompleks seperti novel anak, kisah petualangan, atau biografi tokoh inspiratif.

  • Sesuaikan dengan minat anak. Jika anak suka hewan, carikan buku ensiklopedia hewan atau cerita fabel. Jika suka olahraga, carikan kisah atlet inspiratif.

Dengan bacaan yang sesuai, anak merasa terhubung dengan cerita, sehingga lebih mudah jatuh cinta pada aktivitas membaca.

3. Guru dan Orang Tua Sebagai Teladan Membaca

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika guru dan orang tua jarang membaca, sulit berharap anak-anak akan mencintai buku.

Strategi yang bisa dilakukan:

  • Guru membacakan cerita pendek sebelum pelajaran dimulai.

  • Orang tua menyisihkan waktu 15 menit sehari untuk membaca bersama anak.

  • Membuat kebiasaan “silent reading” di kelas, di mana guru ikut membaca saat murid membaca.

Teladan ini secara tidak langsung akan menunjukkan bahwa membaca adalah kegiatan penting dan menyenangkan.

4. Menggunakan Metode Membaca Interaktif

Membaca tidak selalu harus dilakukan dengan cara konvensional. Metode interaktif membuat anak lebih terlibat.

Contoh metode interaktif:

  • Membaca bergilir: Anak-anak membaca satu per satu dengan suara lantang.

  • Membaca bersama: Satu kelompok membaca bagian cerita yang sama lalu mendiskusikannya.

  • Role play: Anak diminta memerankan tokoh dari buku yang dibaca.

  • Membuat ilustrasi: Setelah membaca, anak menggambar adegan favoritnya.

Metode interaktif ini tidak hanya melatih keterampilan membaca, tetapi juga melibatkan imajinasi, kreativitas, dan keberanian anak.

5. Menghubungkan Membaca dengan Aktivitas Kreatif

Anak lebih senang membaca jika setelah itu mereka bisa melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Contoh aktivitas:

  • Membuat komik sederhana dari cerita yang dibaca.

  • Menulis ulang kisah dengan akhir berbeda.

  • Mengadakan lomba mendongeng atau membaca puisi.

  • Menyusun “jurnal membaca” berisi ringkasan buku yang telah dibaca.

Aktivitas kreatif membuat pengalaman membaca menjadi lebih berkesan dan bermakna.

6. Memanfaatkan Teknologi Digital

Di era digital, anak lebih tertarik pada gawai. Daripada melarang sepenuhnya, orang tua dan guru bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan minat baca.

Cara memanfaatkan teknologi:

  • Menggunakan aplikasi perpustakaan digital seperti iPusnas, Let’s Read, atau Google Play Books.

  • Memberikan akses ke e-book interaktif dengan gambar, suara, dan animasi.

  • Mengikuti komunitas literasi online untuk anak-anak.

Namun, penggunaan teknologi tetap perlu diawasi agar tidak berlebihan dan tetap fokus pada manfaat literasi.

7. Memberikan Apresiasi atas Kemajuan Membaca

Anak-anak sangat senang jika mendapat pengakuan atas usahanya. Apresiasi dapat memotivasi mereka untuk terus membaca.

Bentuk apresiasi yang bisa diberikan:

  • Stiker bintang atau poin setiap kali menyelesaikan bacaan.

  • Penghargaan sederhana seperti “Pembaca Terajin Minggu Ini.”

  • Memajang karya ringkasan atau ilustrasi anak di papan pajangan kelas.

  • Memberikan hadiah berupa buku baru.

Apresiasi ini membuat anak merasa bangga dengan pencapaiannya, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri.

8. Mengadakan Program Literasi di Sekolah

Program literasi sekolah bisa menjadi wadah efektif untuk menumbuhkan minat baca siswa secara kolektif.

Contoh program:

  • Gerakan Literasi Sekolah (GLS): membaca 15 menit sebelum pelajaran.

  • Hari Membaca Bersama: seluruh warga sekolah membaca pada waktu yang ditentukan.

  • Bedah Buku: mengundang penulis atau pustakawan untuk berbagi inspirasi.

  • Perpustakaan hidup (living library): siswa belajar dari “narasumber hidup” seperti orang tua atau tokoh masyarakat yang bercerita pengalaman nyata.

Program literasi ini dapat menciptakan budaya membaca yang berkesinambungan di sekolah.

9. Mengajak Anak ke Toko Buku dan Perpustakaan

Memberi anak kesempatan memilih sendiri buku yang mereka sukai akan menumbuhkan rasa memiliki terhadap bacaan tersebut. Ajak anak ke toko buku atau perpustakaan secara rutin.

Manfaatnya:

  • Anak belajar mengenal berbagai jenis buku.

  • Anak merasa bebas memilih bacaan sesuai minat.

  • Tercipta momen kebersamaan yang menyenangkan bersama keluarga atau teman.

10. Konsistensi dan Kesabaran

Menumbuhkan minat baca bukan hal yang instan. Dibutuhkan waktu, konsistensi, dan kesabaran. Yang terpenting adalah menciptakan suasana positif agar anak tidak merasa tertekan, tetapi justru menganggap membaca sebagai bagian dari kehidupannya sehari-hari.

Kesimpulan

Meningkatkan minat baca siswa SD membutuhkan strategi yang menyenangkan, konsisten, dan sesuai dengan kebutuhan anak. Lingkungan membaca yang mendukung, pemilihan bacaan yang tepat, teladan dari guru dan orang tua, metode interaktif, serta apresiasi akan membantu anak mencintai membaca.

Jika setiap sekolah dan keluarga mampu menerapkan strategi ini, maka anak-anak Indonesia akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas, kritis, dan berwawasan luas. Pada akhirnya, membaca bukan hanya keterampilan, tetapi juga budaya yang akan memperkuat masa depan bangsa.

logoblog

Selasa, 30 September 2025

Tips Menata Rak Buku agar Rapi dan Mudah Dicari



Rak buku adalah salah satu elemen penting yang bukan hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan, tetapi juga cerminan kepribadian pemiliknya. Banyak orang memiliki koleksi buku yang cukup banyak, namun sering kali kesulitan untuk menatanya dengan rapi. Akibatnya, rak tampak berantakan, sulit menemukan buku yang dibutuhkan, bahkan ada buku yang rusak karena penyimpanan tidak tepat.

Menata rak buku dengan baik tidak hanya membuat ruangan terlihat lebih estetik, tetapi juga mempermudah kita menemukan buku sesuai kebutuhan. Artikel ini akan membahas tips lengkap menata rak buku agar rapi, indah dipandang, sekaligus mudah dicari.

1. Kenali Koleksi Buku Anda

Langkah pertama sebelum menata rak adalah mengenal jumlah, jenis, dan ukuran buku yang Anda miliki. Pisahkan buku berdasarkan kategori seperti novel, buku pelajaran, referensi, komik, majalah, atau koleksi khusus. Dengan begitu, Anda bisa menentukan kebutuhan ruang sekaligus sistem penataan yang tepat.

Bagi yang memiliki koleksi lebih dari seratus buku, sebaiknya mulai dengan membuat daftar inventaris sederhana. Catat judul, pengarang, dan kategori. Ini akan membantu Anda mengetahui jumlah pasti dan mempermudah proses penyusunan.


2. Pilih Rak yang Tepat

Pemilihan rak yang sesuai sangat berpengaruh terhadap kerapian. Pertimbangkan hal berikut:

  • Ukuran Rak: Sesuaikan dengan ruang dan jumlah koleksi. Jangan membeli rak kecil jika buku Anda terus bertambah.

  • Bahan Rak: Rak kayu memberi kesan klasik, rak besi lebih kokoh, sedangkan rak minimalis modern dari partikel board lebih ringan.

  • Model Rak: Bisa berbentuk vertikal tinggi, horizontal rendah, atau rak dinding gantung untuk menghemat ruang.

Rak yang kokoh dengan kedalaman sekitar 30 cm biasanya cukup ideal untuk kebanyakan ukuran buku. Pastikan juga tinggi antar-shelf bisa disesuaikan agar muat untuk buku besar.

3. Tentukan Sistem Klasifikasi

Supaya mudah dicari, sebaiknya gunakan sistem klasifikasi tertentu. Beberapa metode populer antara lain:

  • Berdasarkan Jenis atau Kategori
    Pisahkan fiksi, nonfiksi, komik, ensiklopedia, atau majalah di bagian rak yang berbeda.

  • Berdasarkan Abjad
    Susun buku sesuai abjad nama penulis atau judul. Sistem ini cocok untuk koleksi besar.

  • Berdasarkan Warna Sampul
    Metode ini populer untuk tujuan estetik. Rak terlihat cantik dengan gradasi warna, tetapi sedikit menyulitkan jika ingin mencari buku tertentu.

  • Berdasarkan Ukuran
    Buku besar ditaruh di bagian bawah, buku kecil di bagian atas. Cara ini membuat rak terlihat seimbang dan rapi.

Anda bisa menggabungkan dua metode, misalnya berdasarkan kategori lalu diurutkan sesuai abjad.

4. Gunakan Aksesoris Pendukung

Menata rak buku tidak hanya tentang menyusun buku secara berjajar. Gunakan beberapa alat bantu agar lebih rapi, seperti:

  • Bookend (Pembatas Buku): Membantu menahan buku agar tidak jatuh.

  • Kotak Penyimpanan: Untuk majalah, buku kecil, atau dokumen penting.

  • Label Rak: Tempelkan label sesuai kategori agar lebih mudah mencari.

  • Dekorasi Ringan: Bisa menambahkan pot tanaman kecil atau figura untuk mempercantik rak.

Namun, hindari menaruh terlalu banyak dekorasi hingga mengurangi fungsi rak.

5. Tata Sesuai Frekuensi Pemakaian

Letakkan buku yang sering digunakan di bagian yang mudah dijangkau, biasanya setinggi mata atau sedikit lebih rendah. Buku yang jarang dipakai bisa diletakkan di bagian atas atau bawah rak.

Misalnya, buku pelajaran anak yang sering dipakai setiap hari sebaiknya ditempatkan di rak tengah agar mudah diambil. Sementara koleksi novel lama bisa disusun di bagian atas.

6. Terapkan Teknik Penyusunan yang Variatif

Menyusun buku tidak selalu harus berdiri vertikal. Beberapa variasi penataan bisa menambah estetika, seperti:

  • Vertikal: Posisi standar, buku berdiri sejajar.

  • Horizontal: Tumpukan buku ditaruh mendatar untuk variasi.

  • Campuran: Kombinasi vertikal dan horizontal agar tampilan lebih dinamis.

Teknik ini membantu rak tidak terlihat monoton dan lebih menarik.

7. Perhatikan Sirkulasi Udara dan Cahaya

Rak buku sebaiknya ditempatkan di area yang tidak lembap agar kertas tidak mudah berjamur. Hindari paparan sinar matahari langsung karena dapat merusak sampul buku. Jika ruangan terasa lembap, gunakan silica gel atau dehumidifier kecil untuk menjaga kondisi buku.

8. Lakukan Perawatan Rutin

Menata rak buku bukan pekerjaan sekali jadi. Lakukan perawatan rutin agar rak tetap rapi:

  • Bersihkan debu dengan lap kering atau kemoceng setiap minggu.

  • Rapikan buku yang bergeser dari posisinya.

  • Evaluasi penataan jika koleksi terus bertambah.

  • Sesekali sortir buku yang tidak terpakai untuk disumbangkan atau dijual.

9. Gunakan Teknologi untuk Membantu

Jika koleksi buku Anda sangat banyak, gunakan aplikasi katalog sederhana untuk mencatat posisi buku di rak. Misalnya, buat kode "R1-02" untuk rak 1 baris 2. Dengan begitu, Anda tidak akan kesulitan mencari buku tertentu.

Aplikasi semacam ini juga membantu saat ingin meminjamkan buku ke orang lain agar tidak hilang.

10. Sesuaikan dengan Gaya Hidup dan Estetika

Menata rak buku sebaiknya menyesuaikan gaya hidup. Jika Anda tipe orang praktis, gunakan sistem sederhana seperti kategori besar. Namun jika Anda perfeksionis, sistem abjad atau nomor katalog bisa lebih cocok.

Tambahkan sentuhan estetika dengan menyesuaikan warna rak dengan desain ruangan. Rak buku yang rapi sekaligus indah akan menjadi focal point di ruang tamu, kamar, maupun ruang kerja.

Penutup

Menata rak buku bukan sekadar merapikan tumpukan kertas, tetapi juga menciptakan ruang yang nyaman, inspiratif, dan fungsional. Dengan sistem penataan yang tepat, Anda akan lebih mudah menemukan buku yang dicari, menjaga koleksi tetap awet, sekaligus memperindah ruangan.

Mulailah dengan mengenali koleksi, memilih rak yang sesuai, menentukan sistem klasifikasi, hingga melakukan perawatan rutin. Jangan lupa, penataan rak buku adalah proses berkelanjutan. Seiring bertambahnya koleksi, Anda bisa terus menyesuaikan metode agar tetap rapi dan mudah dicari.

Dengan begitu, rak buku Anda bukan hanya sekadar tempat penyimpanan, tetapi juga cermin dari kecintaan Anda pada ilmu pengetahuan dan keindahan.


logoblog

Cara Mudah Klasifikasi Buku dengan Sistem DDC untuk Perpustakaan Sekolah

 


Perpustakaan adalah pusat sumber belajar yang menyimpan beragam informasi. Agar informasi tersebut mudah diakses oleh siswa, guru, maupun masyarakat, diperlukan sistem pengelolaan yang rapi. Salah satu kunci penting dalam pengelolaan perpustakaan adalah klasifikasi buku.

Klasifikasi buku membantu pustakawan menyusun koleksi ke dalam kelompok tertentu sehingga pembaca dapat dengan cepat menemukan buku yang mereka butuhkan. Sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan di dunia, termasuk di perpustakaan sekolah di Indonesia, adalah Dewey Decimal Classification (DDC).

Artikel ini akan membahas secara lengkap dan praktis tentang cara mudah melakukan klasifikasi buku dengan sistem DDC, khususnya untuk perpustakaan sekolah.

Apa Itu Sistem Klasifikasi DDC?

DDC atau Dewey Decimal Classification adalah sistem klasifikasi perpustakaan yang dikembangkan oleh Melvil Dewey pada tahun 1876. Sistem ini membagi pengetahuan ke dalam 10 kelas besar (main classes), kemudian setiap kelas dibagi lagi ke dalam divisi (100-an), dan subdivisi (10-an).

Keunggulan DDC adalah:

  1. Sederhana: menggunakan angka desimal yang mudah dipahami.

  2. Fleksibel: dapat digunakan di perpustakaan besar maupun kecil.

  3. Universal: dipakai hampir di seluruh dunia, sehingga koleksi lebih mudah dipahami secara global.

  4. Terstruktur: memudahkan penyusunan rak dan pencarian koleksi.

Struktur Dasar DDC

DDC membagi pengetahuan menjadi 10 kelas utama, yaitu:

  1. 000 – Karya Umum (Ilmu komputer, informasi, ensiklopedia, koran)

  2. 100 – Filsafat & Psikologi

  3. 200 – Agama

  4. 300 – Ilmu Sosial

  5. 400 – Bahasa

  6. 500 – Ilmu Murni/Sains

  7. 600 – Teknologi (Ilmu terapan, kedokteran, pertanian, teknik)

  8. 700 – Kesenian & Rekreasi

  9. 800 – Sastra

  10. 900 – Sejarah & Geografi

Setiap kelas utama dibagi lagi menjadi 10 divisi, dan setiap divisi dibagi menjadi 10 bagian lebih spesifik. Misalnya:

  • 500 Ilmu Murni

    • 510 Matematika

    • 520 Astronomi

    • 530 Fisika

    • 540 Kimia

    • 550 Ilmu bumi

    • 560 Paleontologi

    • 570 Biologi

    • 580 Botani

    • 590 Zoologi

Dengan sistem ini, setiap buku akan mendapatkan nomor klasifikasi yang spesifik, misalnya 510 untuk Matematika, 297 untuk Islam, atau 398.2 untuk cerita rakyat.

Mengapa Perpustakaan Sekolah Perlu Menggunakan DDC?

  1. Mempermudah Pencarian
    Siswa bisa langsung menuju rak sesuai nomor klasifikasi tanpa harus bertanya terus-menerus.

  2. Membiasakan Literasi Informasi
    Dengan terbiasa membaca kode DDC, siswa belajar menelusuri informasi secara sistematis.

  3. Menata Rak Lebih Rapi
    Buku tidak bercampur aduk, tetapi dikelompokkan sesuai bidang ilmu.

  4. Mudah Digunakan Semua Pustakawan
    Karena bersifat universal, setiap pustakawan bisa menggunakan aturan yang sama tanpa membingungkan pengguna.

Cara Mudah Klasifikasi Buku dengan Sistem DDC

Berikut langkah-langkah praktis untuk pustakawan sekolah dalam mengklasifikasikan buku:

1. Membaca Identitas Buku

Langkah pertama adalah membaca informasi dasar buku, meliputi:

  • Judul buku

  • Pengarang

  • Subjek atau isi utama

  • ISBN dan keterangan penerbit

Identitas ini biasanya terdapat pada halaman judul dan halaman balik judul.

2. Menentukan Subjek Utama Buku

Pustakawan perlu mengidentifikasi fokus utama buku. Contoh:

  • Buku berjudul "Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD" → subjeknya IPA.

  • Buku "Cerita Rakyat Nusantara" → subjeknya folklor/sastra rakyat.

  • Buku "Dasar-dasar Psikologi Pendidikan" → subjeknya psikologi terapan di bidang pendidikan.

Menentukan subjek adalah langkah penting agar nomor klasifikasi tepat sasaran.

3. Menyesuaikan dengan Tabel DDC

Setelah menemukan subjek, pustakawan mencocokkannya dengan tabel DDC. Misalnya:

  • IPA → kelas 500.

  • Folklor → kelas 398.2.

  • Psikologi pendidikan → kelas 150 atau 370.15 (tergantung fokus).

Untuk mempermudah, pustakawan bisa menggunakan DDC ringkas (Summary Edition) yang tersedia untuk perpustakaan kecil, seperti sekolah dasar.

4. Memberikan Nomor Klasifikasi

Nomor klasifikasi ditentukan sesuai hasil pencocokan dengan DDC. Contoh:

  • Buku Matematika Dasar510.

  • Buku Belajar Bahasa Inggris420.

  • Buku Sejarah Indonesia959.8.

  • Buku Ensiklopedia Hewan590.

Nomor ini nantinya akan ditempel pada label di punggung buku.

5. Menambahkan Notasi Tambahan (Jika Perlu)

DDC memungkinkan penggunaan angka desimal untuk memperinci subjek. Contoh:

  • 370 → Pendidikan

  • 372 → Pendidikan dasar

  • 372.3 → Matematika di pendidikan dasar

Dengan begitu, klasifikasi bisa lebih spesifik sesuai kebutuhan pengguna.

6. Menulis Nomor Klasifikasi pada Label

Nomor klasifikasi ditulis pada label dan ditempel di punggung buku. Biasanya label terdiri dari:

  • Nomor klasifikasi (misalnya 510)

  • Tiga huruf pertama nama pengarang atau judul (misalnya SMI untuk Smith)

Contoh label:

510
SMI

7. Menyusun Buku di Rak

Buku disusun di rak sesuai urutan angka dari kecil ke besar. Dengan cara ini:

  • Buku nomor 100 ditempatkan sebelum 200.

  • Buku 510 ditempatkan sebelum 520.

  • Buku 398.2 ditempatkan setelah 398.1.

Susunan rak menjadi rapi dan memudahkan pencarian.

Contoh Penerapan Klasifikasi Buku di Perpustakaan Sekolah

  1. Buku "Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan"000 (Karya umum)

  2. Buku "Filsafat Hidup Orang Jawa"181 (Filsafat Timur)

  3. Buku "Al-Qur’an dan Terjemahannya"297 (Islam)

  4. Buku "Sosiologi untuk SMA"301 (Ilmu sosial)

  5. Buku "Belajar Bahasa Indonesia"499.221 (Bahasa Indonesia)

  6. Buku "Ilmu Biologi Dasar"570 (Biologi)

  7. Buku "Teknik Pertanian Modern"630 (Pertanian)

  8. Buku "Sejarah Dunia Kuno"930 (Sejarah kuno)

  9. Buku "Novel Remaja"813 (Fiksi sastra Amerika)

  10. Buku "Cerita Rakyat Jawa Tengah"398.2 (Folklor, dongeng, mitos)

Tips Praktis untuk Pustakawan Sekolah

  1. Gunakan DDC Ringkas
    Versi ringkas lebih mudah digunakan dibanding edisi lengkap yang sangat tebal.

  2. Manfaatkan Software Perpustakaan
    Aplikasi seperti SLiMS sudah memiliki fitur klasifikasi sehingga lebih cepat.

  3. Buat Panduan Kecil
    Tempelkan poster “10 Kelas Utama DDC” di ruang perpustakaan agar siswa terbiasa.

  4. Latih Siswa Pengurus Perpustakaan
    Ajari mereka membaca kode klasifikasi agar bisa membantu teman-temannya.

  5. Lakukan Secara Konsisten
    Gunakan aturan yang sama untuk semua koleksi agar tidak membingungkan.

Penutup

Klasifikasi buku dengan sistem DDC bukanlah hal yang rumit jika dilakukan secara bertahap. Dengan mengenali identitas buku, menentukan subjek, mencocokkan dengan tabel DDC, hingga menempelkan nomor di label, pustakawan sekolah dapat menyusun koleksi secara rapi dan sistematis.

Melalui penerapan DDC, perpustakaan sekolah tidak hanya terlihat lebih profesional, tetapi juga membantu siswa dan guru menemukan informasi dengan cepat. Pada akhirnya, klasifikasi buku yang baik akan mendukung terciptanya budaya literasi yang kuat di lingkungan sekolah.

Dengan panduan sederhana ini, diharapkan pustakawan sekolah dapat lebih percaya diri mengklasifikasikan koleksi, sehingga perpustakaan benar-benar menjadi jantung pembelajaran.

logoblog

Langkah-langkah Inventarisasi Koleksi Buku di Perpustakaan Sekolah

 

Perpustakaan sekolah memiliki peran penting sebagai pusat sumber belajar yang mendukung kegiatan akademik siswa maupun guru. Salah satu pekerjaan utama dalam pengelolaan perpustakaan adalah melakukan inventarisasi koleksi buku. Inventarisasi ini bukan sekadar mencatat jumlah buku yang ada, tetapi juga menjadi dasar dalam menjaga ketertiban administrasi, memudahkan layanan peminjaman, serta membantu pustakawan dalam membuat laporan tahunan.

Artikel ini akan membahas secara lengkap langkah-langkah inventarisasi koleksi buku di perpustakaan sekolah, mulai dari persiapan hingga tindak lanjut. Dengan memahami proses ini, pustakawan sekolah dapat mengelola koleksi secara lebih efektif dan profesional.

Mengapa Inventarisasi Buku Perpustakaan Itu Penting?

Inventarisasi adalah kegiatan mencatat setiap buku yang dimiliki perpustakaan ke dalam Buku Induk Inventaris atau sistem manajemen perpustakaan. Proses ini penting karena:

  1. Mengetahui jumlah koleksi: Dengan inventarisasi, pustakawan tahu jumlah pasti koleksi yang dimiliki.
  2. Mencegah kehilangan: Buku yang tercatat rapi lebih mudah diawasi.
  3. Mempermudah layanan sirkulasi: Data inventarisasi menjadi dasar dalam pembuatan katalog dan peminjaman.
  4. Mendukung akuntabilitas: Laporan inventarisasi menjadi bukti pertanggungjawaban dalam penggunaan anggaran sekolah.
  5. Memudahkan evaluasi: Inventarisasi membantu sekolah menilai kebutuhan penambahan koleksi.

Langkah-langkah Inventarisasi Koleksi Buku di Perpustakaan Sekolah



1. Persiapan Alat dan Dokumen

Sebelum inventarisasi dilakukan, pustakawan perlu menyiapkan:

  • Buku Induk Inventaris atau aplikasi manajemen perpustakaan (misalnya Senayan Library Management System/SLiMS).
  • Stempel perpustakaan untuk menandai buku.
  • Nomor inventaris yang akan diberikan pada setiap koleksi.
  • Alat tulis dan label untuk penomoran.
  • Daftar buku yang baru diterima dari pengadaan atau sumbangan.

Persiapan yang matang akan membuat proses inventarisasi berjalan lebih cepat dan minim kesalahan.

2. Pemeriksaan Fisik Buku

Setiap buku yang masuk perpustakaan perlu diperiksa kondisi fisiknya. Hal yang dicek antara lain:

  • Apakah halaman lengkap?
  • Adakah cacat atau kerusakan pada sampul?
  • Apakah judul dan pengarang sesuai dengan nota pembelian atau daftar sumbangan?

Pemeriksaan ini penting untuk memastikan buku yang diinventaris benar-benar layak dipakai. Jika ada kerusakan, buku bisa diperbaiki terlebih dahulu sebelum masuk ke daftar koleksi.

3. Pencatatan dalam Buku Induk Inventaris

Buku Induk Inventaris adalah dokumen resmi yang berisi catatan seluruh koleksi perpustakaan. Format yang umum dipakai meliputi kolom:

  1. Nomor inventaris
  2. Tanggal penerimaan
  3. Judul buku
  4. Pengarang
  5. Penerbit
  6. Tahun terbit
  7. Jumlah eksemplar
  8. Harga buku (jika ada)
  9. Sumber buku (pembelian, hibah, BOS, dll.)
  10. Keterangan

Contoh pencatatan:

  • Nomor Inventaris: 001/2025
  • Judul: Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
  • Pengarang: A. Saputra
  • Penerbit: Gramedia
  • Tahun: 2023
  • Sumber: Dana BOS

Pencatatan ini bisa dilakukan manual menggunakan buku tulis besar atau dengan aplikasi komputer agar lebih cepat dan mudah diakses.

4. Pemberian Nomor Inventaris

Setiap buku diberi nomor inventaris unik yang menunjukkan identitas koleksi. Nomor ini biasanya ditulis di:

  • Halaman pertama buku (bagian bawah atau pojok).
  • Label di punggung buku.

Contoh: 125/Perpus/2025
Artinya: buku ke-125, milik perpustakaan, diinventaris tahun 2025.

Nomor inventaris ini membantu pustakawan menelusuri data koleksi jika buku hilang atau dipinjam.

5. Pemberian Stempel Perpustakaan

Stempel perpustakaan diberikan di beberapa bagian buku, misalnya:

  • Halaman judul
  • Halaman rahasia (halaman kosong sebelum bab pertama)
  • Beberapa halaman isi (untuk keamanan)

Stempel berfungsi sebagai tanda kepemilikan dan mencegah pencurian buku. Biasanya, stempel juga ditempatkan di bagian luar buku seperti sampul belakang dalam.

6. Pengolahan Teknis

Setelah diinventaris, buku masuk ke tahap pengolahan teknis, yaitu:

  • Klasifikasi: Menentukan nomor klasifikasi sesuai sistem Dewey Decimal Classification (DDC).
  • Katalogisasi: Membuat entri katalog (judul, pengarang, subjek) baik di kartu katalog maupun sistem digital.
  • Pelabelan: Menempelkan label nomor klasifikasi di punggung buku.

Tahap ini penting agar buku mudah ditemukan kembali oleh siswa dan guru.

7. Penyusunan di Rak

Buku yang sudah selesai diinventaris dan diolah disusun di rak sesuai nomor klasifikasi. Misalnya:

  • 000–099: Karya umum
  • 100–199: Filsafat dan psikologi
  • 200–299: Agama
  • 300–399: Ilmu sosial
  • 400–499: Bahasa
  • 500–599: Sains
  • 600–699: Teknologi
  • 700–799: Kesenian
  • 800–899: Kesusastraan
  • 900–999: Sejarah dan geografi

Dengan sistem rak yang rapi, siswa dapat dengan mudah menemukan buku yang dibutuhkan.

8. Pencatatan dalam Aplikasi Digital

Jika perpustakaan menggunakan aplikasi manajemen seperti SLiMS, data buku juga diinput ke sistem. Hal ini mempermudah:

  • Peminjaman dan pengembalian.
  • Pencarian koleksi secara cepat.
  • Pembuatan laporan bulanan atau tahunan.

Perpustakaan sekolah yang sudah terkomputerisasi biasanya jauh lebih efektif dalam melayani siswa.

9. Pembuatan Laporan Inventarisasi

Inventarisasi tidak berhenti pada pencatatan saja. Pustakawan juga perlu membuat laporan inventarisasi yang berisi:

  • Jumlah buku berdasarkan kategori.
  • Jumlah koleksi baru yang masuk tahun berjalan.
  • Jumlah koleksi yang rusak atau hilang.
  • Rekomendasi kebutuhan koleksi tambahan.

Laporan ini disampaikan kepada kepala sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban administrasi.

10. Pemeliharaan dan Monitoring

Inventarisasi perlu ditindaklanjuti dengan pemeliharaan berkala, seperti:

  • Pengecekan kondisi fisik buku minimal setahun sekali.
  • Memperbarui catatan jika ada buku rusak atau hilang.
  • Menghapus (weeding) buku yang tidak relevan atau sudah usang.

Monitoring ini akan menjaga kualitas koleksi tetap baik dan sesuai kebutuhan pembelajaran.

Tips Agar Inventarisasi Lebih Efektif

  1. Gunakan format inventaris standar agar mudah dipahami semua pustakawan.
  2. Lakukan inventarisasi secara rutin, bukan hanya ketika ada pengadaan besar.
  3. Manfaatkan teknologi digital agar pencatatan lebih cepat.
  4. Latih siswa pengurus perpustakaan (jika ada) untuk membantu pekerjaan inventarisasi.
  5. Buat backup data inventaris secara digital untuk mencegah kehilangan data.

Penutup

Inventarisasi koleksi buku di perpustakaan sekolah adalah kegiatan mendasar yang wajib dilakukan secara teratur. Dengan inventarisasi, pustakawan dapat mengetahui jumlah dan kondisi koleksi, mempermudah pelayanan sirkulasi, serta mendukung akuntabilitas penggunaan dana sekolah.

Melalui langkah-langkah yang sistematis—mulai dari pemeriksaan fisik, pencatatan, pemberian nomor inventaris, hingga pembuatan laporan—perpustakaan sekolah akan lebih tertata, profesional, dan mampu mendukung budaya literasi di sekolah.

Dengan demikian, inventarisasi bukan hanya kegiatan administrasi, melainkan pondasi penting untuk menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat pembelajaran yang efektif.

logoblog