Dunia Perpustakaan

Jelajahi dunia perpustakaan, tempat inspirasi, pengetahuan, dan petualangan literasi tanpa batas!

Selasa, 01 Juli 2025

Buku Terlaris Mei–Juni 2025: Rekomendasi Bacaan Lokal dan Internasional yang Wajib Kamu Miliki!

 

Mei dan Juni 2025 menjadi dua bulan yang dipenuhi dengan lonjakan minat baca, baik di Indonesia maupun secara global. Deretan buku dari berbagai genre mendominasi rak toko buku dan daftar bestseller. Mulai dari novel remaja, buku pengembangan diri, hingga fiksi distopia dan memoar, pembaca memiliki banyak pilihan bacaan menarik.

Artikel ini merangkum buku-buku terlaris terbitan lokal dan internasional sepanjang Mei–Juni 2025, lengkap dengan sumber terpercaya seperti Gramedia, Publishers Weekly, Washington Post, dan AP News.

🇮🇩 Buku Terlaris Lokal (Indonesia)

Berdasarkan laporan dari toko buku Gramedia dan berbagai platform digital, inilah buku lokal yang mencatat penjualan tinggi pada bulan Mei dan Juni 2025:

1. The Summer Hikaru Died 1

  • Genre: Fiksi remaja, misteri

  • Deskripsi: Kisah dua sahabat di pedesaan Jepang, salah satunya bukan lagi manusia.

  • Sumber: Gramedia Instagram

2. This is Me Letting You Go – Heidi Priebe

  • Genre: Esai reflektif, pengembangan diri

  • Deskripsi: Kumpulan tulisan pendek tentang melepaskan, tumbuh, dan menyembuhkan.

3. The Psychology of Money – Morgan Housel

  • Genre: Finansial

  • Deskripsi: Panduan memahami perilaku keuangan yang memengaruhi keputusan finansial.

4. Atomic Habits – James Clear (versi terjemahan)

  • Genre: Pengembangan diri

  • Deskripsi: Strategi membentuk kebiasaan kecil yang menghasilkan perubahan besar.

5. Hai Miiko! Vol. 37 – Ono Eriko

  • Genre: Komik anak-anak

  • Deskripsi: Seri komik lucu dan ringan tentang keseharian anak SD Jepang yang tetap populer di kalangan siswa.

🌍 Buku Terlaris Internasional

Sumber: Publishers Weekly, The Washington Post, dan Associated Press (AP News)

📖 Fiksi Dewasa (Hardcover)

1. Atmosphere – Taylor Jenkins Reid

  • Genre: Drama keluarga / emosional

  • Deskripsi: Kisah keluarga dan cinta yang saling bertabrakan dalam badai pilihan hidup.

  • Sumber: AP News

2. Bury Our Bones in the Midnight Soil – V.E. Schwab

  • Genre: Fantasi gotik

  • Deskripsi: Sebuah novel tentang kehilangan dan harapan yang tersembunyi dalam gelap.

📖 Thriller Politik

3. The First Gentleman – James Patterson & Bill Clinton

  • Genre: Thriller / Politik

  • Deskripsi: Kisah fiksi tentang suami presiden wanita pertama AS yang terlibat konspirasi global.

  • Sumber: AP News

📘 Nonfiksi Bestseller

4. The Let Them Theory – Mel Robbins

  • Genre: Self-help / motivasi

  • Deskripsi: Cara melepaskan kendali atas hal yang tak bisa kita ubah dengan elegan.

📗 Paperback Bestseller (Washington Post)

5. Remarkably Bright Creatures – Shelby Van Pelt

  • Genre: Drama, keluarga

  • Deskripsi: Cerita menyentuh tentang hubungan tak biasa antara wanita tua dan gurita raksasa.

  • Sumber: Washington Post

6. On Tyranny – Timothy Snyder

  • Genre: Sejarah politik

  • Deskripsi: 20 pelajaran dari abad ke-20 untuk menghadapi ancaman demokrasi modern.

🌟 Rilisan Baru yang Langsung Meledak

1. Sunrise on the Reaping – Suzanne Collins

  • Genre: Distopia, prekuel Hunger Games

  • Deskripsi: Latar peristiwa edisi Hunger Games ke-50 yang membentuk masa depan Panem.

  • Sumber: Wikipedia

2. The Emperor of Gladness – Ocean Vuong

  • Genre: Sastra kontemporer

  • Deskripsi: Refleksi puitis tentang identitas, cinta, dan kehilangan.

3. Onyx Storm – Rebecca Yarros

  • Genre: Romance fantasy

  • Deskripsi: Lanjutan dari seri Empyrean yang menyita perhatian pembaca internasional.

  • Catatan: Penjualan mencapai 2,7 juta eksemplar dalam bulan pertama.

📊 Tabel Ringkasan Buku Terlaris

Judul BukuPenulisGenreAsal
The Summer Hikaru Died 1MokumokurenFiksi remajaIndonesia (terjemahan)
Atomic HabitsJames ClearSelf-helpInternasional
AtmosphereTaylor Jenkins ReidFiksi emosionalAS
The Let Them TheoryMel RobbinsMotivasiAS
Sunrise on the ReapingSuzanne CollinsDistopiaInternasional
The First GentlemanBill Clinton & J. PattersonThriller politikInternasional
Hai Miiko! 37Ono ErikoKomikJepang (terjemahan)
The Psychology of MoneyMorgan HouselFinansialInternasional
Remarkably Bright CreaturesShelby Van PeltDrama keluargaInternasional

🎯 Penutup

Deretan buku terlaris Mei–Juni 2025 menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia dan dunia masih sangat tinggi. Baik kamu pencinta fiksi, penggemar self-help, atau penggemar distopia seperti Hunger Games, pasti ada buku yang bisa jadi teman liburan atau pembuka wawasan baru.

Jangan ragu untuk mengecek daftar ini saat kamu mampir ke toko buku atau menjelajahi platform digital. Siapa tahu, salah satu dari buku ini akan jadi favoritmu bulan ini!

Referensi:

logoblog

Menyambut Tahun Ajaran Baru dengan Program Literasi: Inisiatif Kreatif untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa


Awal tahun ajaran adalah momen yang tepat untuk membangun kembali semangat belajar siswa setelah libur panjang. Di antara berbagai kegiatan pembuka tahun pelajaran, program literasi bisa menjadi motor penggerak yang menyenangkan sekaligus bermanfaat. Salah satu bentuknya adalah “Perpustakaan Gratis”, sebuah inisiatif sederhana namun berdampak besar dalam membangun budaya membaca sejak hari pertama.

Melalui berbagai aktivitas seperti membaca bersama, diskusi santai, permainan edukatif, serta kolaborasi dengan penerbit dan komunitas literasi, sekolah dapat menciptakan suasana belajar yang hangat dan inspiratif.

Mengapa Program Literasi di Awal Tahun Penting?

  • Membantu siswa beradaptasi dengan suasana belajar yang baru.

  • Menumbuhkan kembali minat baca setelah libur panjang.

  • Meningkatkan interaksi sosial dan keterampilan komunikasi siswa.

  • Menguatkan fungsi perpustakaan sebagai ruang belajar dan bermain yang menyenangkan.

Contoh Program Literasi di Awal Tahun Ajaran

Berikut lima contoh kegiatan yang bisa menjadi bagian dari program "Perpustakaan Gratis" di minggu pertama sekolah:

✅ 1. Perpustakaan Gratis Selama Seminggu

Deskripsi:
Buka perpustakaan secara bebas untuk semua siswa tanpa syarat peminjaman atau jam kunjungan. Tambahkan dekorasi menarik, musik lembut, dan sudut-sudut baca tematik.

Aktivitas pendukung:

  • Pemilihan "Buku Favorit Minggu Ini"

  • Sudut “Buku Terlaris” atau “Buku Ajaib”

  • Kartu tantangan membaca: 1 hari, 1 buku

Tujuan:
Menumbuhkan kebiasaan mampir dan membaca di perpustakaan secara alami tanpa tekanan.

✅ 2. Diskusi Buku Mini di Kelas atau Halaman Sekolah

Deskripsi:
Siswa membaca buku pilihan ringan, kemudian berbagi isi cerita atau tokoh favorit mereka secara bergilir.

Format sederhana:

  • “Apa yang kamu suka dari buku ini?”

  • “Jika kamu jadi tokohnya, apa yang akan kamu lakukan?”

  • "Berani tukar buku dengan temanmu?"

Tujuan:
Mengembangkan keberanian berbicara dan kemampuan memahami isi bacaan.

✅ 3. Permainan Edukatif Literasi

Deskripsi:
Adakan permainan yang berkaitan dengan kata, cerita, atau alur buku seperti:

  • Tebak Tokoh

  • Puzzle Cerita

  • Bingo Literasi

  • Tebak Judul dari Sampul

Tujuan:
Membuat suasana literasi menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak-anak, terutama di jenjang kelas rendah.

✅ 4. Storytelling oleh Guru, Alumni, atau Relawan

Deskripsi:
Undang guru, kepala sekolah, alumni, atau orang tua untuk membaca cerita anak-anak dengan gaya mendongeng. Gunakan alat bantu visual seperti boneka tangan atau papan cerita.

Bonus ide:
Buat “Panggung Cerita” sederhana dengan kain latar dan bantal duduk.

Tujuan:
Menumbuhkan cinta terhadap buku melalui pengalaman mendengar cerita yang ekspresif.

✅ 5. Pameran Buku dan Donasi Literasi

Deskripsi:
Adakan kegiatan pameran kecil-kecilan bekerja sama dengan penerbit atau toko buku lokal. Di saat bersamaan, buka program donasi buku dari orang tua, komunitas, atau alumni.

Kegiatan pendukung:

  • Tukar Buku: bawa 1 buku, ambil 1 buku

  • Buku untuk Teman: donasi untuk siswa di sekolah lain

  • Workshop singkat dari penerbit

Tujuan:
Menambah koleksi perpustakaan dan memperkuat budaya berbagi dalam literasi.

Kolaborasi dengan Komunitas dan Penerbit

Agar program literasi lebih maksimal, sekolah dapat bekerja sama dengan:

  • Komunitas literasi lokal atau taman bacaan masyarakat (TBM)
    → Bisa menyediakan relawan membaca atau menyumbangkan koleksi.

  • Penerbit dan toko buku
    → Beberapa penerbit seperti Erlangga, Mizan, dan BIP kerap memiliki program CSR (Corporate Social Responsibility) yang bisa dimanfaatkan sekolah.

  • Komite sekolah dan alumni
    → Bisa diundang untuk ikut serta dalam kegiatan storytelling atau mendukung anggaran donasi buku.

  • Relawan mahasiswa PPL atau KKN
    → Mereka bisa membantu mendampingi siswa saat membaca atau membuat pojok baca di kelas.

Tips Sukses Menjalankan Program Literasi Awal Tahun

  1. Rancang Jadwal Fleksibel
    Sesuaikan dengan jadwal MPLS dan waktu istirahat. Satu sesi 20–30 menit cukup untuk kegiatan literasi ringan.

  2. Gunakan Dekorasi yang Menarik
    Manfaatkan karton warna-warni, banner bertema buku, dan sudut baca yang nyaman untuk menarik perhatian siswa.

  3. Libatkan Semua Guru dan Siswa
    Minta tiap guru memilih 1 buku favorit untuk direkomendasikan. Libatkan siswa untuk membuat rak mini atau menulis kesan membaca.

  4. Dokumentasikan Kegiatan
    Ambil foto dan video untuk dibagikan di media sosial sekolah. Ini bisa menjadi bukti program aktif dan menarik minat komunitas luar untuk mendukung.

  5. Evaluasi dan Lanjutkan
    Setelah program awal selesai, lanjutkan dengan program bulanan seperti “Jumat Membaca”, “Buku Favorit Bulan Ini”, atau “Kelas Literasi Rutin”.

Penutup

Awal tahun ajaran tidak harus dimulai dengan suasana serius dan membebani. Justru dengan kegiatan ringan dan menyenangkan seperti program literasi perpustakaan gratis, siswa dapat merasa lebih rileks, semangat, dan terlibat aktif dalam budaya membaca.

Dengan kreativitas dan kolaborasi yang tepat, sekolah dapat menjadikan perpustakaan sebagai ruang yang hidup dan inspiratif sejak hari pertama. Literasi bukan lagi sekadar kewajiban, tapi menjadi kebiasaan yang ditunggu-tunggu.

logoblog

Tantangan dan Solusi Pengelolaan Perpustakaan SD: Tips Jitu Mengelola dengan Sumber Daya Terbatas


Perpustakaan Sekolah Dasar (SD) merupakan pusat belajar yang sangat penting dalam menumbuhkan kebiasaan membaca, meningkatkan keterampilan literasi, dan memperluas wawasan siswa sejak dini. Namun, dalam praktiknya, banyak perpustakaan SD di Indonesia menghadapi tantangan serius, seperti keterbatasan koleksi buku, minimnya anggaran, dan kurangnya sumber daya manusia.

Apakah dengan keterbatasan ini perpustakaan sekolah tidak bisa berkembang? Tentu bisa. Artikel ini akan membahas tantangan umum yang dihadapi pustakawan SD dan memberikan solusi praktis serta tips mengelola perpustakaan dengan sumber daya terbatas.

Tantangan Pengelolaan Perpustakaan SD

1. Koleksi Buku yang Terbatas dan Tidak Mutakhir

Banyak perpustakaan SD hanya memiliki buku-buku lama yang tidak lagi relevan dengan kurikulum atau minat siswa masa kini. Buku pengayaan seperti fiksi anak, cerita bergambar, dan buku sains populer masih sangat kurang.

2. Anggaran Operasional yang Minim

Kendati sudah ada alokasi dana BOS untuk perpustakaan (minimal 10% sesuai Permendikbudristek No. 8 Tahun 2025), praktik di lapangan menunjukkan bahwa dana tersebut sering kali digunakan untuk kebutuhan prioritas lain seperti honor guru atau pemeliharaan.

3. Keterbatasan Ruang dan Fasilitas

Beberapa sekolah tidak memiliki ruangan khusus untuk perpustakaan, atau jika ada, kondisi ruangannya tidak nyaman, pengap, atau tidak memiliki pencahayaan yang cukup.

4. Kurangnya Tenaga Pustakawan Profesional

Di sekolah dasar, pengelolaan perpustakaan sering dirangkap oleh guru atau staf tata usaha yang tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan.

5. Rendahnya Minat Baca Siswa

Meski sudah tersedia koleksi dan ruangan, beberapa siswa kurang terdorong untuk mengakses perpustakaan karena kurangnya promosi, kegiatan literasi, atau keterlibatan guru dan orang tua.

Solusi dan Tips Mengelola Perpustakaan dengan Sumber Daya Terbatas

✅ 1. Optimalkan Koleksi yang Ada

  • Lakukan inventarisasi ulang: Kelompokkan buku berdasarkan kategori dan sesuaikan dengan kebutuhan kurikulum.

  • Perbaiki buku rusak: Gunakan teknik sederhana seperti melaminasi halaman yang sobek atau menjilid ulang buku.

  • Rotasi koleksi antar kelas atau antar sekolah: Bila memungkinkan, adakan program tukar buku antarsekolah dalam satu gugus atau kecamatan.

✅ 2. Manfaatkan Dana BOS Secara Maksimal

  • Buat rencana anggaran tahunan perpustakaan dalam RKAS sekolah dengan menegaskan penggunaan minimal 10% dana BOS untuk pengadaan buku, pengembangan fasilitas, dan kegiatan literasi.

  • Ajukan proposal ke kepala sekolah dan komite untuk mendapat dukungan dan persetujuan dalam perencanaan anggaran.

✅ 3. Bekerja Sama dengan Pihak Eksternal

  • Ajukan donasi buku ke lembaga sosial, penerbit, alumni, atau orang tua siswa.

  • Manfaatkan program pemerintah dan NGO, seperti Gerakan Literasi Nasional, Taman Bacaan Masyarakat, atau donasi dari Perpustakaan Nasional.

  • Gunakan platform digital terbuka seperti Let’s Read Indonesia, Ipusnas, atau Literasi Digital Kemendikbud.

✅ 4. Ciptakan Pojok Baca dan Perpustakaan Mini

  • Jika tidak memiliki ruangan besar, cukup buat pojok baca sederhana di kelas atau lorong sekolah dengan rak buku bekas dan karpet.

  • Gunakan barang-barang bekas seperti dus, kayu palet, atau botol plastik untuk membuat rak atau dekorasi menarik.

  • Tambahkan poster motivasi membaca dan warna-warni agar menarik perhatian siswa.

✅ 5. Libatkan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan

  • Bentuk tim kecil dari siswa untuk menjadi “Duta Baca” atau “Penjaga Rak”.

  • Guru dapat membantu mempromosikan buku baru dan mendorong murid untuk menulis resensi sederhana.

  • Jadwalkan kunjungan kelas ke perpustakaan secara bergilir setiap minggu.

✅ 6. Adakan Kegiatan Literasi Rutin

  • Lomba membaca, bercerita, dan menulis bisa diadakan dengan biaya minimal.

  • Buat program “1 Minggu 1 Buku” untuk menumbuhkan kebiasaan membaca rutin.

  • Gunakan hari-hari besar nasional seperti Hari Buku Sedunia atau Hari Guru untuk mengadakan acara spesial di perpustakaan.

✅ 7. Gunakan Teknologi Sederhana

  • Gunakan aplikasi pengelolaan pustaka gratis seperti SLiMS untuk katalog buku.

  • Buat katalog digital sederhana menggunakan Google Sheet atau Canva untuk mempromosikan koleksi.

  • Bagikan daftar buku rekomendasi melalui WhatsApp wali kelas atau media sosial sekolah.

Penutup

Mengelola perpustakaan SD dengan sumber daya terbatas memang menantang, tetapi bukan tidak mungkin. Dengan kreativitas, kolaborasi, dan semangat literasi, perpustakaan tetap bisa menjadi tempat yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa.

Perpustakaan bukan tentang seberapa banyak buku yang dimiliki, tetapi bagaimana buku-buku itu dimanfaatkan untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap membaca dan belajar. Setiap pustakawan dan guru memiliki peran penting dalam mewujudkannya.


logoblog

Strategi Optimal Alokasi 10 % Dana BOS untuk Perpustakaan Sekolah Berdasarkan Permendikbudristek No. 8 Tahun 2025


Perpustakaan sekolah kini menjadi jantung dalam pengembangan literasi dan budaya baca siswa. Melalui Permendikbudristek Nomor 8 Tahun 2025, pemerintah menetapkan bahwa minimal 10 % dari semua dana BOS Reguler wajib dialokasikan untuk pengembangan perpustakaan—sebuah langkah tegas untuk mendorong minat baca dan memastikan setiap sekolah memiliki koleksi dan layanan perpustakaan yang berkualitas.

1. Dasar Hukum Alokasi Dana

Permendikbudristek No. 8/2025 menggantikan regulasi sebelumnya dan mempertegas struktur penggunaan Dana BOS. Pasal 38 ayat (2) menyatakan alokasi paling sedikit 10 % dari total BOS Reguler untuk pengembangan perpustakaan, khususnya untuk penyediaan buku radartasik.id.

2. Komponen Pengembangan Perpustakaan yang Didanai

Dana minimal 10 % dapat digunakan untuk:

  • Pengadaan buku teks dan nonteks, termasuk buku digital dan modul ajar.

  • Furniture perpustakaan: rak, meja baca, kursi, dan aksesori pendukung.

  • Sistem otomasi perpustakaan: SLiMS, barcode scanner.

  • Pelatihan pustakawan, pengelolaan koleksi, dan workshop literasi.

  • Kegiatan literasi, seperti lomba baca, pojok baca, storytelling.

Komponen-komponen ini juga didukung oleh ketentuan dalam juknis BOSP 2025 pada implementasi BOS Reguler.

3. Bagan Persentase Alokasi Dana BOS Reguler

Komponen PenggunaanBatas Persentase
Perpustakaan (minimal)10 %
Pemeliharaan sarana-prasaranaMaks. 20 %
Honor tenaga pendidik (guru non‑ASN)Maks. 50 %
Komponen lainnya (pembelajaran, admin, dll.)Sisa setelah alokasi

  • Perpustakaan: Alokasi wajib minimum 10 % 
  • Pemeliharaan: Maksimal 20 % dari total BOS

  • Honor guru non‑ASN: Maksimal 50 % dari keseluruhan BOS

Sisa sekitar 30–40 % dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, administrasi, fasilitas teknologi pembelajaran, serta kegiatan peningkatan SDM.

4. Contoh Kasus Perhitungan

Misalnya suatu SD menerima Rp300 juta Dana BOS:

  • Perpustakaan: 10 % → Rp30 juta

  • Pemeliharaan: 20 % → Rp60 juta

  • Honor guru non‑ASN: hingga 50 % → Rp150 juta

  • Sisa untuk kegiatan lain: Rp60 juta

➡️ Dalam hal perlu, honor bisa diturunkan agar lebih dialokasikan ke perpustakaan atau pemeliharaan.

5. Rekomendasi Strategis Pemanfaatan

A. Prioritaskan Pengadaan Buku Beragam

  • Alokasikan minimal 60 % dari dana perpustakaan untuk buku fisik berkualitas kurikulum dan literasi.

  • Sisihkan sisanya untuk e-book, modul pembelajaran, dan referensi digital.

B. Upgrade Fasilitas dan Kenyamanan

  • Setidaknya 20 % alokasi perpustakaan digunakan untuk furniture, penerangan, AC/kipas, dan rak buku.

C. Digitalisasi dan Sistem Katalog

  • Gunakan aplikasi gratis seperti SLiMS untuk manajemen koleksi.

  • Investasi pada scanner barcode dan pelabelan buku meningkatkan efisiensi.

D. Pelatihan dan Literasi

  • Sisihkan sekitar 10 % dana perpustakaan untuk training pustakawan serta kegiatan literasi.

  • Adakan kegiatan motivasi baca agar siswa aktif dan rutin mengunjungi perpustakaan.

6. Monitoring dan Pelaporan

Semua penggunaan dana harus masuk dalam RKAS, disertai bukti pendukung (nota, foto, dokumentasi acara). Laporan BOS tahap I disampaikan paling lambat 31 Juli, dan laporan tahunan paling lambat 31 Januari.

7. Best Practices dari Sekolah

  • SD Negeri Inovatif A: mengalokasikan Rp25 juta (10 %) untuk menambah koleksi berbagai jam, ruang baca nyaman, serta 3 kali lomba bercerita.

  • SMP Cerdas Literasi: digitalisasi koleksi, manjaga database buku, dan membuat blogger perpustakaan untuk review buku.

8. Tantangan & Tips Mitigasi

  1. Kurangnya pemahaman tim sekolah

    • Solusi: adakan sosialisasi juknis BOS serta workshop perencanaan.

  2. Pembatalan anggaran karena honor berlebihan

    • Solusi: optimasi pembagian honor, pemeliharaan, dan penggunaan dana perpustakaan sesuai proporsi.

  3. Minat siswa rendah

    • Solusi: jadwalkan kegiatan rutin dan edukasi tenaga guru untuk mendorong literasi, serta adakan promosi kreatif acara baca.

Kesimpulan

Alokasi minimal 10 % Dana BOS Reguler untuk perpustakaan memberikan kesempatan besar untuk memperkuat fasilitas, koleksi, dan banyak kegiatan literasi di sekolah. Dengan tetap mematuhi ketentuan pemeliharaan (20 %) dan honor (maks. 50 %), sekolah dapat mewujudkan perpustakaan yang nyaman, lengkap, digital, serta menjadi pusat kegiatan literasi yang atraktif dan inspiratif.

logoblog

Senin, 30 Juni 2025

Panduan Orang Tua: Mengoptimalkan Perpustakaan Sekolah untuk Tumbuhkan Minat Baca Anak

 

Perpustakaan Sekolah, Jembatan Literasi Rumah dan Sekolah

Di era digital dan serbuan konten cepat saji, peran keluarga menjadi sangat penting dalam menjaga dan menumbuhkan minat baca anak. Salah satu tempat terbaik untuk mengawal proses ini adalah perpustakaan sekolah—ruang yang penuh potensi, namun seringkali belum dimanfaatkan maksimal oleh orang tua dan siswa.

Perpustakaan sekolah bukan hanya gudang buku, tapi jendela dunia, tempat anak-anak belajar mengeksplorasi pengetahuan, berimajinasi lewat cerita, dan membentuk kebiasaan belajar yang positif. Namun, agar manfaat perpustakaan bisa dirasakan secara penuh, dibutuhkan keterlibatan aktif orang tua.

Artikel ini akan menjadi panduan lengkap bagi para orang tua tentang cara mendorong anak memanfaatkan perpustakaan sekolah secara optimal, termasuk manfaat membaca bersama, serta tips memilih buku yang sesuai dengan usia dan minat anak.

1. Mengapa Orang Tua Perlu Terlibat dalam Literasi Anak?

Peran literasi dalam perkembangan anak sangat luas:

  • Meningkatkan kemampuan berbahasa dan berpikir kritis

  • Memperkuat kedekatan emosional dalam keluarga saat membaca bersama

  • Membangun rasa percaya diri dan empati

  • Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kecintaan terhadap pengetahuan

Namun, anak-anak tidak bisa membangun kebiasaan membaca sendiri. Mereka membutuhkan teladan, dorongan, dan kebiasaan yang dibentuk dari rumah. Dan di sinilah pentingnya memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai tempat belajar dan tumbuh bersama.

2. Cara Mendorong Anak Memanfaatkan Perpustakaan Sekolah

a. Beri Tahu Anak Bahwa Perpustakaan Itu Menyenangkan

Anak-anak sering menganggap perpustakaan sebagai tempat yang membosankan atau "hanya untuk anak pintar". Ubah pandangan itu dengan membicarakan perpustakaan sebagai:

  • Tempat penuh petualangan cerita

  • Rumah para tokoh favorit mereka

  • Tempat di mana mereka bisa bebas memilih buku yang mereka suka

b. Ajak Anak Membuat Jadwal Kunjungan Perpustakaan

Libatkan anak untuk menjadikan kunjungan ke perpustakaan sebagai kegiatan rutin:

  • Hari Kamis sebagai “Hari Perpustakaan”

  • Kunjungan sepulang sekolah atau di waktu istirahat

  • Atur waktu membaca buku pinjaman setiap malam

c. Dorong Anak Meminjam Buku dan Membacanya di Rumah

Berikan kebebasan pada anak untuk memilih buku, lalu bantu mereka menyelesaikannya di rumah. Berikan pujian dan tanyakan cerita dari buku yang dibaca.

d. Jadilah Pendamping Saat Anak Butuh

Terkadang anak bingung memilih buku. Dampingi mereka untuk menjelajahi rak buku, mengenalkan cara membaca sinopsis, dan menanyakan minat mereka agar pemilihan buku lebih tepat.

e. Kenali Layanan dan Program Perpustakaan Sekolah

Beberapa perpustakaan punya program seperti:

  • Klub buku

  • Tantangan membaca

  • Hari dongeng atau kunjungan penulis

Orang tua bisa bertanya langsung pada guru atau pustakawan agar bisa ikut mendorong anak berpartisipasi.

3. Manfaat Membaca Bersama Anak

Membaca bersama tidak hanya mempererat ikatan emosional antara orang tua dan anak, tetapi juga:

  • Membantu anak memahami kata-kata sulit

  • Mengembangkan imajinasi dan kosakata

  • Memberikan kesempatan berdiskusi nilai-nilai dan pelajaran dari cerita

  • Membiasakan anak untuk fokus dan menyimak

Waktu Ideal Membaca Bersama:

  • Sebelum tidur

  • Setelah makan malam

  • Akhir pekan

  • Saat menunggu atau bepergian

Meskipun anak sudah bisa membaca sendiri, membaca bersama tetap penting untuk membangun komunikasi dan memperkaya pemahaman anak terhadap bacaan.

4. Tips Memilih Buku yang Cocok untuk Anak

Memilih buku yang tepat bisa menjadi kunci utama dalam menarik minat baca anak. Berikut panduan memilih buku berdasarkan usia dan minat:

a. Berdasarkan Usia:

  • Usia 6–7 tahun (Kelas 1 SD):
    Pilih buku dengan kalimat pendek, ilustrasi warna-warni, dan cerita sederhana. Misalnya: cerita binatang, kehidupan sehari-hari.

  • Usia 8–9 tahun (Kelas 2–3 SD):
    Anak mulai bisa membaca buku yang lebih panjang, dengan paragraf utuh dan alur cerita ringan. Cerita fantasi, petualangan, dan fabel sangat cocok.

  • Usia 10–12 tahun (Kelas 4–6 SD):
    Buku dengan konflik ringan, kisah inspiratif, pengetahuan populer, atau biografi tokoh anak bisa menjadi pilihan menarik.

b. Berdasarkan Minat:

  • Anak yang suka binatang: buku ensiklopedia hewan, cerita tentang hewan peliharaan

  • Anak yang suka petualangan: novel anak seperti "Lima Sekawan", "Cerita Detektif"

  • Anak yang suka sains: komik sains, eksperimen sains sederhana

  • Anak yang kreatif: buku mewarnai, aktivitas, atau komik buatan lokal

c. Berdasarkan Format:

  • Buku bergambar: Cocok untuk anak yang belum lancar membaca

  • Komik edukatif: Ringan dan menarik, cocok untuk anak visual

  • Buku cerita pendek: Baik untuk anak dengan rentang perhatian pendek

  • Audiobook: Alternatif untuk anak yang lebih suka mendengar

5. Peran Pustakawan dan Guru dalam Membantu Orang Tua

Orang tua tidak harus sendirian dalam mendampingi proses membaca anak. Pustakawan dan guru dapat:

  • Memberi rekomendasi buku sesuai usia dan kebutuhan anak

  • Menyediakan daftar bacaan wajib dan tambahan

  • Mengundang orang tua ke kegiatan literasi sekolah

  • Membuat sistem komunikasi tentang buku yang dipinjam anak dan perkembangannya

Keterbukaan komunikasi antara orang tua, guru, dan pustakawan akan menciptakan ekosistem literasi yang sehat di rumah dan sekolah.

6. Membuat Budaya Baca Keluarga yang Mendukung

Agar perpustakaan sekolah tidak hanya menjadi tempat sesekali dikunjungi, orang tua dapat membangun budaya baca keluarga:

a. Buat Sudut Baca di Rumah

Siapkan area kecil dengan rak buku anak, lampu baca, dan karpet. Tidak harus mewah, yang penting nyaman dan mudah diakses.

b. Jadikan Membaca sebagai Aktivitas Keluarga

Buat jadwal “jam baca keluarga” di mana semua anggota membaca bersama, termasuk orang tua.

c. Diskusi Buku

Tanyakan pendapat anak tentang buku yang dibaca:

  • Apa bagian favoritmu?

  • Apa yang kamu pelajari?

  • Kalau kamu jadi tokohnya, apa yang kamu lakukan?

Perpustakaan Sekolah Adalah Mitra Orang Tua dalam Mendidik Anak

Perpustakaan sekolah bukan hanya milik sekolah, tapi juga mitra keluarga dalam membangun generasi cerdas dan gemar membaca. Dengan dukungan orang tua yang aktif dan sadar literasi, perpustakaan bisa menjadi tempat yang hidup dan dicintai anak-anak.

Bacaan yang tepat, waktu yang berkualitas, dan semangat yang konsisten adalah kunci sukses membangun kebiasaan membaca yang kuat sejak dini.

logoblog

Koleksi Wajib Perpustakaan SD di Tahun Ajaran Baru 2025/2026: Panduan Lengkap untuk Pustakawan dan Sekolah

 


Tahun ajaran baru adalah momentum penting bagi sekolah untuk memperbarui dan memperkuat koleksi buku di perpustakaan. Artikel ini menyajikan panduan lengkap tentang jenis-jenis buku yang wajib ada di perpustakaan Sekolah Dasar (SD) tahun 2025/2026, mencakup buku literasi dasar, buku pengayaan, buku digital, hingga buku tentang karakter dan literasi digital. Panduan ini sangat berguna bagi pustakawan, guru, kepala sekolah, dan pihak terkait dalam membangun budaya literasi yang kuat di lingkungan sekolah.

Memasuki tahun ajaran baru 2025/2026, perpustakaan sekolah dasar memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan literasi yang mendukung proses belajar-mengajar. Perpustakaan bukan hanya tempat meminjam buku, tetapi juga pusat pembelajaran, eksplorasi pengetahuan, dan pembentukan karakter siswa. Oleh karena itu, koleksi buku yang tersedia harus dikurasi dengan cermat agar sesuai dengan kebutuhan kurikulum, perkembangan zaman, serta minat dan kemampuan siswa.

Artikel ini akan menguraikan jenis-jenis buku yang harus dimiliki perpustakaan SD untuk mendukung pembelajaran, meningkatkan minat baca, dan membentuk generasi yang cerdas, kritis, serta berkarakter.

1. Buku Literasi Dasar (Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah)

Buku literasi dasar adalah tulang punggung koleksi perpustakaan SD. Buku jenis ini membantu siswa memahami huruf, kata, kalimat, dan struktur teks sederhana.

Jenis buku yang harus tersedia:

  • Buku bacaan awal (buku berlevel, seperti level 1-6).

  • Buku cerita anak dengan ilustrasi menarik.

  • Buku puisi anak, pantun, atau syair sederhana.

  • Buku dongeng nusantara dan cerita rakyat.

  • Buku dalam bahasa daerah (jika tersedia dan relevan), sebagai bagian dari pelestarian budaya lokal.

Buku literasi dasar harus menggunakan bahasa yang sederhana, kalimat pendek, dan banyak ilustrasi untuk menarik siswa kelas rendah (kelas 1–3). Pilihlah buku yang mendukung pengenalan literasi fungsional, seperti membaca tanda, rambu, atau instruksi sederhana.

2. Buku Pengetahuan Umum dan Sains Populer

Siswa sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Maka dari itu, perpustakaan harus menyediakan buku-buku yang menjelaskan konsep sains dan pengetahuan umum secara ringan dan menarik.

Jenis buku yang disarankan:

  • Buku ensiklopedia anak dengan gambar besar dan informasi ringan.

  • Buku eksperimen sains sederhana (DIY science).

  • Buku bertema alam, planet, hewan, tumbuhan, dan teknologi.

  • Buku tokoh ilmuwan atau penemu dunia dan Indonesia (biografi bergambar).

  • Komik edukasi sains atau geografi ringan.

Buku-buku ini harus dibuat untuk rentang usia SD dan memperkenalkan konsep ilmiah tanpa terlalu teknis, tetapi tetap informatif dan memancing rasa ingin tahu.

3. Buku Cerita dan Fiksi Anak (Literatur Anak)

Buku cerita adalah sarana yang sangat kuat untuk mengembangkan imajinasi, empati, serta keterampilan berpikir kritis siswa. Fiksi anak perlu hadir dalam berbagai genre.

Jenis buku yang wajib dimiliki:

  • Novel anak lokal dan terjemahan luar negeri.

  • Komik anak yang mendidik (bukan hanya hiburan).

  • Seri petualangan anak.

  • Buku fantasi atau fiksi ilmiah anak.

  • Cerita motivasi dan inspiratif bagi anak.

Buku fiksi memungkinkan anak belajar memahami konflik, nilai-nilai hidup, serta memperkaya kosa kata. Pastikan buku yang dipilih memiliki nilai moral positif dan tidak mengandung kekerasan atau konten dewasa.

4. Buku Pengayaan Pelajaran

Selain buku teks yang digunakan di kelas, perpustakaan juga sebaiknya menyediakan buku pengayaan yang mendukung pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Jenis buku pengayaan:

  • Buku latihan soal sesuai kurikulum.

  • Buku tematik dengan pendekatan kontekstual.

  • Buku panduan belajar yang menyenangkan (belajar matematika lewat cerita, belajar IPA lewat komik).

  • Buku kamus mini, atlas anak, atau glosarium tematik.

Buku pengayaan harus mencerminkan Kurikulum Merdeka dan bisa disesuaikan dengan capaian pembelajaran (CP) tiap fase. Buku ini membantu siswa belajar secara mandiri atau dengan bimbingan guru di ruang baca.

5. Buku Literasi Digital dan Teknologi Dasar

Tahun 2025/2026 adalah era di mana siswa SD sudah akrab dengan dunia digital. Perpustakaan perlu menyediakan buku yang mengajarkan literasi digital sejak dini.

Jenis buku penting:

  • Buku pengenalan internet sehat untuk anak.

  • Buku coding untuk pemula (dengan ilustrasi dan panduan visual).

  • Buku belajar menggunakan perangkat teknologi (komputer, tablet) untuk usia dini.

  • Buku etika digital (kesopanan saat berkomunikasi di internet, menjaga data pribadi, dan menangkal hoaks).

Literasi digital penting agar siswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga memahami cara menggunakan teknologi secara bijak dan produktif.

6. Buku Pembentukan Karakter dan Nilai Moral

Perpustakaan SD harus menjadi tempat yang juga menumbuhkan nilai-nilai karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila.

Buku yang perlu disediakan:

  • Buku cerita bertema kejujuran, tanggung jawab, toleransi, dan gotong royong.

  • Buku kisah inspiratif tokoh lokal dan nasional.

  • Buku parenting untuk siswa (mengenal emosi, menghargai diri sendiri).

  • Buku cerita Islami/Kristiani/Hindu/Buddha (disesuaikan dengan konteks sekolah) yang mendidik dan tidak bersifat doktrinal.

Buku jenis ini mendukung program pendidikan karakter dan bisa digunakan untuk kegiatan literasi tematik maupun pojok baca.

7. Buku Referensi Umum dan Alat Bantu Pembelajaran

Selain buku bacaan, perpustakaan harus memiliki koleksi referensi dan alat bantu seperti:

  • Kamus Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris anak.

  • Ensiklopedia tematik.

  • Peta tematik dan globe.

  • Buku kumpulan lagu nasional dan daerah.

  • Buku keterampilan atau prakarya (membuat kerajinan tangan, memasak sederhana, dll.).

Koleksi ini sangat berguna untuk mendukung tugas sekolah dan aktivitas pembelajaran mandiri siswa.

8. Buku Digital dan Akses Multimedia

Jika perpustakaan SD telah menerapkan teknologi digital, buku digital harus menjadi bagian dari koleksi. Ini bisa berupa:

  • e-book dari platform seperti iPusnas, Let’s Read, Storyweaver, atau Perpustakaan Digital Kemendikbud.

  • Audiobook anak.

  • QR Code di rak buku untuk mengakses video pembelajaran atau buku digital.

  • Buku interaktif dengan aplikasi pendukung.

Menggabungkan media cetak dan digital akan memperluas pengalaman literasi siswa.


Mempersiapkan perpustakaan SD yang ideal di tahun ajaran 2025/2026 berarti menggabungkan tradisi membaca dengan inovasi. Koleksi buku harus inklusif, relevan dengan kurikulum, mendukung pengembangan karakter, serta memperhatikan minat dan kemampuan siswa.

Pustakawan dan guru memiliki peran penting dalam memilih, mengelola, dan mempromosikan buku-buku ini. Dengan koleksi yang tepat, perpustakaan akan menjadi jantung pembelajaran dan tempat favorit siswa untuk berkembang.

logoblog