"Jelajahi perpustakaan: literasi, pengetahuan, dan rekomendasi bacaan tanpa batas!"

Senin, 01 Desember 2025

Peran Penting Buku Bahasa Daerah di Perpustakaan SD: Melestarikan Identitas dan Menguatkan Literasi Budaya

 

Perpustakaan sekolah dasar bukan hanya tempat menyimpan buku, tetapi juga ruang penting untuk menumbuhkan karakter, literasi, dan kecintaan terhadap budaya bangsa. Salah satu koleksi yang sering terabaikan tetapi sesungguhnya sangat strategis ialah buku-buku bahasa daerah.
Mulai dari Bahasa Jawa, Sunda, Madura, Minang, Batak, Bugis, hingga Bali buku bahasa daerah memberikan ruang bagi anak untuk mengenal identitas lokal sejak dini.

Di tengah arus globalisasi, keberadaan buku bahasa daerah di perpustakaan sekolah menjadi sarana pelestarian budaya, penguatan karakter, dan media literasi yang sangat relevan dengan Kurikulum Merdeka.

1. Mengapa Buku Bahasa Daerah Penting di Perpustakaan SD?

Bahasa daerah merupakan warisan budaya tak ternilai yang membentuk jati diri bangsa. Di usia sekolah dasar, anak berada pada masa emas untuk menyerap bahasa, budaya, dan nilai-nilai lokal.

Ada beberapa alasan kuat mengapa koleksi bahasa daerah wajib ada:

A. Mendukung Pelestarian Bahasa dan Budaya Lokal

UNESCO mencatat bahwa banyak bahasa lokal terancam punah karena kurang digunakan di kehidupan sehari-hari. Dengan menghadirkan buku bahasa daerah, perpustakaan sekolah ikut melestarikan warisan tersebut.

B. Membantu Pembentukan Identitas

Anak SD belajar mengenal siapa dirinya melalui bahasa lokal. Bahasa daerah memberi rasa memiliki, kebanggaan budaya, dan penghargaan terhadap keberagaman.

C. Mendukung Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka mendorong:

  • pembelajaran berbasis budaya lokal,

  • literasi multiliterasi,

  • penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Buku bahasa daerah sangat sesuai terutama untuk projek kearifan lokal, seni budaya, dan cerita rakyat.

D. Mempermudah Pemahaman Isi Cerita

Bagi anak di daerah tertentu, membaca cerita dalam bahasa ibu memberikan kenyamanan dan kedekatan emosional. Ini meningkatkan minat baca dan kemampuan memahami cerita.

2. Manfaat Buku Bahasa Daerah untuk Siswa SD

Berikut adalah manfaat nyata bagi perkembangan siswa:

1. Menguatkan Literasi Dasar

Membaca dalam bahasa ibu membuat anak:

  • lebih cepat memahami teks,

  • lebih mudah mengingat kosakata,

  • lebih percaya diri dalam membaca.

2. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa

Anak menjadi terbiasa:

  • menulis aksara daerah (misal: Jawa, Bali),

  • membaca cerita sederhana,

  • mengenal tata bahasa dasar bahasa daerah.

3. Mengembangkan Karakter

Cerita lokal sarat nilai moral:

  • gotong royong,

  • kesederhanaan,

  • kejujuran,

  • etika sosial,

  • penghormatan terhadap orang tua.

4. Mendukung Pembelajaran IPS, Seni Budaya, dan P5

Banyak buku bahasa daerah berisi:

  • cerita legenda,

  • tarian daerah,

  • pakaian adat,

  • sejarah lokal.

Materi ini sangat relevan untuk program projek dan kegiatan tematik.

3. Jenis Buku Bahasa Daerah yang Ideal untuk Perpustakaan SD

Perpustakaan sekolah dapat mengembangkan koleksi bahasa daerah dalam beberapa kategori:

A. Buku Cerita Anak (Dongeng & Fabel)

Contoh:

  • Cerita rakyat Jawa: Timun Mas, Ande-Ande Lumut

  • Cerita Sunda: Lutung Kasarung

  • Cerita Bali: I Belog

  • Cerita Minang: Malin Kundang Bahasa Daerah

Bahasa dibuat sederhana agar siswa mudah memahami.

B. Buku Ajar Bahasa Daerah (BS/BG)

Khususnya untuk daerah yang sudah menerapkan mata pelajaran bahasa daerah di SD.

Misalnya:

  • Bahasa Jawa SD Kelas 1–6 (Banyumasan, Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timur – versinya berbeda)

  • Bahasa Sunda (Dinas Pendidikan Jawa Barat)

  • Bahasa Bali (Dinas Kebudayaan Bali)

C. Buku Aksara Daerah

Contoh:

  • Aksara Jawa (Hanacaraka)

  • Aksara Sunda

  • Aksara Bali

  • Aksara Bugis (Lontara)

Buku ini dapat memuat latihan menulis, membaca, dan contoh kalimat.

D. Kamus Mini atau Bergambar

Seperti:

  • Kamus Jawa-Indonesia untuk Anak

  • Kamus Sunda-Anak

  • Kamus Minang-Anak

  • Kamus Bugis Bergambar

Sangat membantu dalam pembelajaran kosakata dasar.

E. Buku Lagu Daerah

Lagu daerah sangat disukai anak SD, misalnya:

  • Gambang Suling

  • Manuk Dadali

  • Tokecang

  • Cublak-Cublak Suweng

Buku versi ilustrasi membuatnya lebih menarik.

F. Buku Permainan Tradisional

Bahasa daerah dapat dipadukan dengan permainan tradisional seperti:

  • gobak sodor,

  • engrang,

  • congklak (dakon),

  • galasin.

Buku permainan tradisional memperkaya pembelajaran budaya lokal.

4. Rekomendasi Buku Bahasa Daerah untuk Perpustakaan SD

Berikut adalah contoh buku yang dapat dipertimbangkan perpustakaan sekolah (tidak bersifat wajib):

A. Bahasa Jawa

  1. "Basa Jawa Kelas 1–6" (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah)
    Buku resmi pelajaran Bahasa Jawa.

  2. "Ayo Sinau Aksara Jawa" – Erlangga for Kids
    Dilengkapi latihan menulis dan membaca.

  3. "Dongeng Jawa untuk Anak" – BIP Gramedia
    Visual menarik dan mudah dipahami.

B. Bahasa Sunda

  1. "Bahasa Sunda Kelas 1–6" (Disdik Jawa Barat)
    Buku resmi kurikulum muatan lokal.

  2. "Dongeng Sunda Pilihan" – Kiblat Buku Utama

  3. "Kamus Sunda Anak" – Yrama Widya
    Cocok untuk kelas rendah.

C. Bahasa Bali

  1. "Basa Bali SD" – Dinas Kebudayaan Bali
    Mengajarkan bahasa dan aksara Bali.

  2. "Cerita Rakyat Bali Bergambar" – Pustaka Bali

D. Bahasa Bugis / Makassar

  1. "Dongeng Lontara Anak" – Penerbit Lokal Sulawesi Selatan

  2. "Kamus Bugis-Indonesia Anak" – Dinas Kebudayaan Sulsel

E. Bahasa Minang

  1. "Cerito Rakyat Minang" – Balai Bahasa Sumbar

  2. "Kamus Minang untuk Bocah" – Penerbit Sumber Timur

5. Strategi Pengembangan Koleksi Bahasa Daerah di Perpustakaan SD

Agar koleksi tetap hidup dan digunakan, perpustakaan dapat melakukan strategi berikut:

A. Sesuaikan Koleksi dengan Bahasa Mayoritas di Daerah Sekolah

Misalnya:

  • SD di Jawa Tengah: fokus pada Bahasa Jawa

  • SD di Bandung: Bahasa Sunda

  • SD di Padang: Bahasa Minang

Koleksi dapat ditambah berdasarkan kebutuhan sekolah.

B. Kerja Sama dengan Dinas Pendidikan atau Balai Bahasa

Banyak dinas daerah menyediakan:

  • buku gratis,

  • buku muatan lokal,

  • modul pembelajaran bahasa daerah.

Kerja sama ini akan menambah koleksi tanpa biaya besar.

C. Kurasi Buku yang Ramah Anak

Perhatikan:

  • bahasa sederhana,

  • ilustrasi menarik,

  • ukuran huruf cukup besar,

  • tidak terlalu berat secara akademik.

D. Buat Rak Khusus “Bahasa dan Budaya Daerah”

Tata buku dalam satu sudut khusus agar siswa mudah menemukan.
Tambahkan dekorasi seperti:

  • peta budaya,

  • poster aksara daerah,

  • ilustrasi pakaian adat.

E. Rotasi Koleksi Setiap Semester

Agar tidak membosankan, perpustakaan dapat:

  • menukar buku antar sekolah (jika diizinkan),

  • meminjam koleksi dari dinas,

  • membuat sirkulasi buku populer.

6. Program Literasi Berbasis Bahasa Daerah di Perpustakaan SD

Selain menyediakan buku, perpustakaan perlu membuat kegiatan agar buku digunakan secara aktif. Berikut beberapa ide:

A. Minggu Bahasa Daerah

Kegiatan bisa berupa:

  • lomba membaca dongeng daerah,

  • kuis kosakata,

  • menulis aksara daerah,

  • pentas drama pendek.

B. Sudut Membaca Dongeng Nusantara

Tiap minggu cerita dari daerah berbeda diputar atau dibacakan.

C. Kelas Aksara Daerah

Misalnya:

  • kelas Hanacaraka untuk Bahasa Jawa,

  • kelas Lontara untuk Bugis,

  • kelas Aksara Bali.

D. Proyek Membuat Buku Cerita Daerah Versi Siswa

Siswa membuat:

  • ilustrasi,

  • dialog bahasa daerah sederhana,

  • cerita pendek tentang lingkungan mereka.

Hasilnya dipajang di perpustakaan.

E. Kolaborasi dengan Guru Muatan Lokal

Pustakawan bisa menyiapkan:

  • buku referensi,

  • kartu kosakata,

  • audio lagu daerah,

  • papan aksara.

Kesimpulan

Buku bahasa daerah memiliki peran penting dalam perpustakaan sekolah dasar. Bukan hanya sebagai bahan bacaan tambahan, tetapi juga sebagai media pelestarian budaya, pembentukan karakter, dan penguatan literasi lokal.
Dengan menyediakan koleksi yang beragam mulai dari buku cerita, kamus mini, buku ajar, hingga buku aksara daerah perpustakaan ikut menciptakan generasi yang berakar kuat pada budaya lokal namun tetap siap menghadapi dunia global.

Koleksi bahasa daerah bukan lagi pelengkap, tetapi kebutuhan penting dalam era Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis kearifan lokal.




Sumber Referensi

  1. Badan Bahasa Kemdikbud – Dokumen Pelestarian Bahasa Daerah

  2. Katalog Buku Anak Penerbit BIP, Erlangga, Mizan, dan Pustaka Rakyat (2024–2025)

  3. Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 42 Tahun 2018 Tentang Kebijakan Nasional Kebahasaan dan Kesastraan

  4. UNESCO. (2020–2024). Atlas of the World’s Languages in Danger.

logoblog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar