Perpustakaan sekolah dasar (SD) memiliki peran penting dalam menumbuhkan minat baca, membangun budaya literasi, serta memperkenalkan dunia pengetahuan kepada anak sejak dini. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan transformasi digital, jenis koleksi yang perlu disediakan di perpustakaan juga mengalami perubahan. Tidak cukup hanya dengan buku teks pelajaran, kini perpustakaan harus menghadirkan bahan bacaan dan sumber belajar yang relevan dengan kebutuhan anak di era digital.
Artikel ini akan membahas secara mendalam jenis-jenis buku dan koleksi yang sebaiknya tersedia di perpustakaan SD agar tetap menarik, edukatif, dan mampu bersaing di tengah derasnya arus informasi digital.
1. Buku Teks Pelajaran (Textbook) Terbaru dan Kurikulum Terkini
Buku teks pelajaran tetap menjadi tulang punggung koleksi perpustakaan sekolah dasar. Buku-buku ini merupakan bahan ajar utama yang digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Namun, agar relevan di era digital, perpustakaan perlu memastikan bahwa:
-
Buku teks yang tersedia sesuai dengan kurikulum terbaru (Kurikulum Merdeka).
-
Buku dilengkapi dengan kode QR atau tautan digital yang mengarahkan siswa ke sumber tambahan seperti video pembelajaran, simulasi interaktif, atau latihan daring.
-
Buku memiliki tampilan yang menarik, penuh warna, dan mudah dipahami anak-anak.
Contohnya, buku tematik Kurikulum Merdeka kelas 1–6 yang diterbitkan oleh Kemendikbudristek saat ini dilengkapi dengan berbagai aktivitas berbasis proyek (Project Based Learning) yang menuntut kolaborasi dan kreativitas siswa.
2. Buku Bacaan Literasi (Fiksi dan Nonfiksi)
Selain buku pelajaran, perpustakaan SD perlu menyediakan berbagai buku literasi yang menumbuhkan kecintaan membaca. Jenis buku ini mencakup:
-
Cerita anak (dongeng, fabel, legenda daerah, dan cerita rakyat)
-
Novel anak ringan seperti Si Kancil yang Cerdik, Petualangan di Negeri Awan, atau Laskar Pelangi versi anak
-
Buku nonfiksi populer anak, seperti ensiklopedia mini, buku pengetahuan umum, dan biografi tokoh inspiratif.
Buku-buku ini membantu siswa:
-
Mengembangkan imajinasi dan empati
-
Meningkatkan kemampuan memahami teks
-
Menanamkan nilai-nilai moral dan karakter positif
Akan lebih menarik bila buku literasi yang disediakan juga memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) atau memiliki versi digital interaktif, di mana gambar bisa “hidup” melalui aplikasi gawai.
3. Buku Referensi Anak (Ensiklopedia, Atlas, Kamus, dan Buku Fakta)
Koleksi referensi tetap menjadi bagian penting dari perpustakaan sekolah. Bedanya, di era digital, referensi tidak hanya berbentuk cetak tetapi juga tersedia dalam bentuk digital dan daring.
Jenis koleksi referensi yang sebaiknya dimiliki:
-
Ensiklopedia anak bergambar (misalnya Ensiklopedia Anak Dunia Hewan, Ensiklopedia Sains Mini)
-
Atlas anak dengan peta berwarna dan interaktif
-
Kamus ilustrasi bilingual (Bahasa Indonesia–Inggris)
-
Buku “Tahukah Kamu?” yang berisi fakta menarik dan sains sederhana
Koleksi seperti ini sangat membantu anak memperluas wawasan dan menumbuhkan rasa ingin tahu, terutama bila disajikan dengan bahasa sederhana dan visual yang menarik.
4. Buku Digital dan E-book
Perpustakaan modern perlu memadukan koleksi cetak dan digital (hybrid library). Buku digital (e-book) menjadi solusi ideal untuk memperluas akses bacaan, terutama ketika keterbatasan ruang dan dana menjadi kendala.
Manfaat e-book di perpustakaan SD:
-
Dapat diakses melalui komputer perpustakaan, tablet, atau gawai siswa
-
Bisa menampung banyak koleksi tanpa memakan ruang fisik
-
Menarik karena interaktif: ada animasi, narasi suara, dan kuis
Perpustakaan dapat memanfaatkan platform seperti:
-
iPusnas (Perpustakaan Nasional RI)
-
Let’s Read Indonesia
-
StoryWeaver Indonesia
-
Google Books Education
Melalui e-book, anak-anak tidak hanya belajar membaca, tetapi juga beradaptasi dengan literasi digital sejak dini.
5. Koleksi Multimedia dan Audio Visual
Anak-anak cenderung belajar lebih efektif melalui media visual dan audio. Karena itu, perpustakaan sekolah perlu memiliki koleksi multimedia seperti:
-
Video edukatif (film dokumenter anak, animasi sains, dongeng bergambar)
-
Audio book (cerita anak dengan narasi suara)
-
CD/DVD pembelajaran interaktif
-
Konten digital lokal (hasil karya siswa, dokumentasi kegiatan sekolah)
Koleksi semacam ini dapat digunakan untuk kegiatan literasi audiovisual — misalnya menonton bersama lalu berdiskusi tentang isi film. Hal ini akan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan ekspresif anak.
6. Koleksi Lokal dan Kearifan Budaya Daerah
Salah satu peran penting perpustakaan sekolah dasar adalah memperkenalkan identitas budaya lokal kepada siswa. Maka, penting untuk menyediakan koleksi yang berisi:
-
Cerita rakyat dari daerah setempat
-
Buku tentang sejarah, adat istiadat, dan permainan tradisional
-
Kumpulan lagu daerah dan pantun anak nusantara
-
Profil tokoh-tokoh inspiratif dari lingkungan sekitar
Misalnya, perpustakaan SD di Jawa Tengah bisa memiliki koleksi Legenda Roro Jonggrang, Cerita Panji Semirang, atau Permainan Tradisional Anak Jawa. Koleksi ini membantu menanamkan rasa cinta terhadap budaya bangsa di tengah arus globalisasi digital.
7. Koleksi Tematik STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics)
Era digital menuntut anak-anak memahami dasar sains dan teknologi sejak dini. Karena itu, perpustakaan SD sebaiknya mulai menambah koleksi bertema STEM, seperti:
-
Buku eksperimen sains sederhana
-
Buku robotika dasar untuk anak
-
Buku coding visual seperti Scratch for Kids
-
Buku tentang penemuan ilmuwan dunia
Koleksi STEM dapat dikombinasikan dengan alat peraga atau kit eksperimen mini, sehingga perpustakaan juga berfungsi sebagai ruang eksplorasi dan inovasi.
8. Koleksi Literasi Digital dan Keamanan Internet
Anak-anak sekarang tumbuh di dunia digital, sehingga mereka perlu dibekali dengan literasi digital dasar. Perpustakaan dapat menyediakan:
-
Buku tentang penggunaan internet yang bijak
-
Buku panduan etika media sosial untuk anak
-
Buku komik edukatif tentang keamanan data pribadi
Contoh buku seperti Ayo Aman di Internet! atau Si Pintar Digital membantu anak memahami bahwa dunia maya memiliki manfaat besar, tetapi juga risiko yang perlu diwaspadai.
9. Koleksi Hasil Karya Siswa dan Guru
Perpustakaan sekolah juga harus menjadi ruang apresiasi karya warga sekolah. Koleksi hasil karya ini bisa meliputi:
-
Cerpen, puisi, atau komik karya siswa
-
Laporan hasil proyek P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)
-
Buku kecil berisi foto kegiatan sekolah
-
Jurnal mini guru tentang kegiatan literasi
Dengan memajang karya siswa, perpustakaan menjadi lebih hidup, personal, dan relevan dengan lingkungan sekolah. Anak-anak akan merasa bangga dan termotivasi untuk berkreasi lebih banyak.
10. Koleksi Majalah Anak dan Surat Kabar Sekolah
Majalah anak seperti Bobo, National Geographic Kids, dan Mombi bisa menjadi bahan bacaan ringan yang menyenangkan. Isinya menggabungkan hiburan dan pendidikan, sehingga cocok untuk memperluas wawasan anak tanpa tekanan belajar.
Selain itu, perpustakaan juga bisa menerbitkan majalah atau buletin sekolah sendiri, yang berisi:
-
Berita kegiatan sekolah
-
Cerita pendek siswa
-
Tips belajar atau kisah inspiratif guru
Kegiatan ini membantu menumbuhkan budaya menulis di kalangan siswa dan guru.
11. Koleksi Penunjang Literasi Inklusif
Perpustakaan yang baik harus ramah bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Maka, koleksi inklusif yang perlu disediakan antara lain:
-
Buku bergambar besar (big book)
-
Buku dengan huruf besar untuk siswa berkebutuhan visual
-
Buku audio untuk anak dengan gangguan membaca
-
Buku dua bahasa bagi siswa dengan latar belakang bahasa daerah yang berbeda
Koleksi seperti ini memastikan semua anak mendapat kesempatan setara untuk mengakses informasi.
Kesimpulan
Perpustakaan SD di era digital bukan lagi sekadar tempat menyimpan buku, tetapi pusat sumber belajar yang dinamis, kreatif, dan inklusif. Koleksinya perlu mencerminkan kebutuhan anak masa kini — kombinasi antara buku cetak, digital, multimedia, dan karya lokal.
Dengan menghadirkan berbagai jenis koleksi di atas, perpustakaan tidak hanya menjadi ruang membaca, tetapi juga tempat anak berimajinasi, berinovasi, dan berkarakter di tengah perkembangan teknologi yang terus melaju.
Referensi:
-
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI. (2022). Kurikulum Merdeka Sekolah Dasar.
-
Perpustakaan Nasional RI. (2023). Panduan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Sekolah.
-
UNESCO. (2020). Guidelines for School Libraries in the Digital Age.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar