Setelah orientasi awal terlaksana, pustakawan perlu berpikir jangka panjang: bagaimana menjadikan perpustakaan sebagai pusat budaya literasi yang konsisten, menarik, dan selaras dengan program sekolah sepanjang tahun ajaran?
Kunci keberhasilannya adalah dengan menyusun program literasi tahunan yang:
-
Relevan dengan kurikulum,
-
Sesuai dengan karakter siswa SD,
-
Bisa dijalankan dengan sumber daya terbatas namun kreatif.
Bab ini akan membimbingmu langkah demi langkah menyusun, merancang, dan mengevaluasi program literasi perpustakaan selama satu tahun penuh.
1. Langkah Awal: Menyusun Kalender Kegiatan Literasi
a. Mengacu pada Kalender Akademik Sekolah
Gunakan kalender sekolah sebagai acuan dasar:
-
Hari pertama masuk
-
PTS dan PAS
-
Libur semester
-
Hari besar nasional
Tandai momen strategis seperti:
-
Hari Buku Nasional (17 Mei)
-
Hari Literasi Internasional (8 September)
-
Bulan Bahasa (Oktober)
-
Hari Guru Nasional (25 November)
-
Hari Anak Nasional (23 Juli)
b. Menentukan Frekuensi Program
Beberapa contoh jadwal yang dapat digunakan:
-
Mingguan: Pojok Baca, Cerita Jumat, Tantangan Baca
-
Bulanan: Klub Buku Mini, Hari Tokoh Cerita, Mading Literasi
-
Semesteran: Pekan Literasi, Pameran Buku, Lomba Menulis
Dokumentasikan dalam tabel tahunan, lalu tempel di papan pengumuman perpustakaan dan bagikan ke guru.
2. Jenis-Jenis Program Literasi Sekolah Dasar
a. Program Literasi Harian dan Mingguan
Contoh kegiatan:
-
๐ 15 Menit Membaca Sebelum Pelajaran Dimulai
-
๐️ Bercerita Setiap Jumat
-
๐ Satu Kelas Satu Buku
-
๐ Jurnal Baca Harian
b. Program Bulanan dan Tematik
Contoh kegiatan:
-
๐ญ Pentas Cerita dari Buku Anak (melatih ekspresi dan pemahaman isi cerita)
-
๐จ Komik Literasi (menggabungkan membaca dan menggambar)
-
๐ฌ Surat untuk Tokoh Buku (menumbuhkan imajinasi dan empati)
c. Program Literasi Keluarga
Kegiatan yang melibatkan orang tua:
-
๐จ๐ฉ๐ง๐ฆ Baca Bersama di Rumah
-
๐งบ Piknik Buku (diadakan di lapangan sekolah setiap Sabtu)
-
๐ Pojok Baca Kelas dengan Donasi Buku Keluarga
3. Integrasi Literasi dengan Kurikulum Sekolah
a. Kolaborasi dengan Guru Kelas dan Mapel
Pustakawan dapat menyusun daftar buku penunjang untuk:
-
Tematik SD (Kurikulum Merdeka)
-
Mata pelajaran Bahasa Indonesia
-
Mata pelajaran PPKn atau IPS
Contoh: Saat belajar tema “Lingkungan Sekitarku”, sediakan:
-
Buku cerita bertema alam
-
Buku sains anak tentang daur ulang
-
Komik tokoh pencinta lingkungan
b. Literasi Digital Dasar
Perkenalkan siswa pada:
-
Kamus digital (KBBI daring)
-
Pencarian informasi dengan pengawasan guru
-
Membuat karya digital sederhana: infografis atau poster dari hasil baca
4. Pengembangan Koleksi Pendukung Program
a. Peta Baca Kelas
Setiap kelas memiliki target baca:
-
Kelas 1–2: minimal 10 buku/bulan
-
Kelas 3–4: 15 buku/bulan
-
Kelas 5–6: 20 buku/bulan
Sediakan rak “Koleksi Target Kelas” di perpustakaan dan rotasikan setiap bulan.
b. Buku Cerita dan Nonfiksi
Kombinasikan koleksi:
-
Buku cerita rakyat lokal
-
Biografi anak-anak (tokoh nasional/internasional)
-
Ensiklopedia bergambar
-
Buku sains dan sosial anak
5. Pengukuran dan Dokumentasi Program Literasi
a. Membuat Jurnal Literasi Siswa
Buku kecil untuk mencatat:
-
Judul yang dibaca
-
Tanggal membaca
-
Komentar singkat
-
Gambar atau ilustrasi isi cerita
Bisa dinilai secara kualitatif oleh guru atau pustakawan.
b. Rekapitulasi dan Laporan Berkala
Pustakawan menyusun:
-
Laporan peminjaman bulanan
-
Jumlah pengunjung
-
Jumlah kegiatan literasi yang dilakukan
-
Daftar siswa aktif dan siswa paling rajin membaca
Data ini bisa disampaikan kepada kepala sekolah dan digunakan dalam laporan akhir tahun.
6. Tips agar Program Literasi Berjalan Konsisten
-
Mulai dari program kecil dan sederhana, lalu berkembang
-
Libatkan siswa dalam merancang ide program
-
Gunakan kalender kegiatan sebagai panduan tetap
-
Dokumentasikan kegiatan dengan foto dan catatan singkat
-
Rayakan pencapaian dengan penghargaan kecil (stiker, piagam, kartu baca)
Penutup
Program literasi tahunan yang dirancang sejak awal tahun ajaran menjadi tonggak penting dalam membangun kebiasaan membaca di lingkungan sekolah dasar. Dengan kolaborasi, konsistensi, dan kreativitas, pustakawan tidak hanya menjadi pengelola koleksi, tetapi juga motor penggerak budaya literasi sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar