Klasifikasi adalah mengelompokkan benda yang memiliki beberapa ciri yang sama dan memisahkan benda yang tidak sama. Dalam konteks perpustakaan, klasifikasi adalah kegiatan mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan kesamaan subyek/topiknya dengan berpedoman pada metode/sistem tertentu.
Menurut Qolyubi
dkk (2003) sistem pengelompokan atau klasifikasi perpustakaan dapat dibedakan
menjadi:
- Klasifikasi Artifisial
- Klasifikasi Fundamental
Klasifikasi
fundamental adalah sistem pengelompokkan atau klasifikasi koleksi berdasarkan
subjek yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Kedua sistem
klasifikasi tersebut diaplikasikan dalam kegiatan pengelolaan perpustakaan.
Pengelola perpustakaan akan mengelompokkan koleksi berdasarkan ciri fisik
koleksi, artinya pengelola perpustakaan mengaplikasikan klasifikasi artifisial.
Selanjutnya, setelah dikelompokkan berdasarkan ciri fisik koleksi, kemudian koleksi dikelompokkan
lagi berdasarkan subjek dari koleksi. Dengan demikian Koleksi yang memiliki subjek
sama akan saling berdekatan, artinya
pengelola perpustakaan telah menggunakan klasfikasi fundamental dalam kegiatan
klasifikasi.
Dalam kegiatan klasifikasi fundamental, seseorang akan mengelompokkan
koleksi berdasarkan
subjek bahan pustaka. Dalam kegiatan
klasifikasi ini ada dua tahapan yang dilakukan yaitu analisis subjek serta
penentuan notasi atau nomor klas subjek. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing tahapan.
2.1. Analisis Subjek
Untuk dapat
menentukan subjek sebuah koleksi atau bahan pustaka maka perlu dilakukan proses
analisis subjek. Analisis subjek adalah kegiatan atau
proses penentuan subjek atau isi yang terkandung dalam sebuah koleksi.
Dalam kegiatan
analisis subjek ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu jenis konsep dan jenis subjek. Jenis konsep
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a.
Fenomena
Merupakan masalah
yang menjadi bahasan utama di dalam bahan Pustaka. Fenomena dibedakan
menjadi objek konkret dan objek abstrak. Objek konkret contohnya adalah Perpustakaan,
Komputer. Sedangkan objek abstrak contohnya antara lain budaya dan agama.
b.
Disiplin Ilmu
Merupakan
disiplin ilmu utama atau cabang dari disiplin ilmu utama yang dibahas dalam
sebuah bahan pustaka. Disiplin ilmu diutama disebut juga dengan istilah
disiplin ilmu fundamental dan cabang disiplin ilmu disebut subdisiplin. Misalnya
ilmu sosial maka cabang disiplin ilmu tersebut antara lain sosiologi, ilmu
politik ilmu hukum, administrasi dan lain sebagainya.
c.
Bentuk Penyajian
Merupakan organisasi penyajian
subjek dalam bahan pustaka menurut bentuk fisik, sistematika penyajian dan bentuk intelektual. Seperti Majalah, Kamus,
Ensiklopedi, Direktori, Statistik.
Untuk jenis subjek dibedakan ke dalam empat jenis.
Keempat jenis subjek tersebut adalah:
a. Subjek Dasar
Adalah jenis subjek bahan pustaka yang terdiri dari satu disiplin ilmu.
Misalnya politik, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
b. Subjek
Sederhana
Adalah subyek bahan pustaka
terdiri dari satu faset pembagian dari satu disiplin ilmu, Misalnya pendidikan
dasar
c. Subjek
majemuk
Adalah jenis subyek bahan
pustaka terdiri dari lebih satu faset pembagian dari disiplin ilmu. Misalnya
Pendidikan Dasar di Indonesia
d. Subjek
Kompleks
Adalah jenis subjek suatu bahan pustaka yang
terdiri dua subjek atau lebih yang saling berinteraksi dari satu disiplin ilmu
atau lebih, contoh pengaruh narkoba terhadap kenakalan remaja.
Hasil analisis subjek adalah
deskripsi tentang subjek sebuah koleksi. Untuk melakukan proses analisis subjek
sehingga menghasilkan deskripsi subjek sebuah koleksi, dilakukan dengan cara:
a. Membaca
judul dari bahan pustaka,
jika dirasa bahwa judul telah merefleksikan subjek sebuah buku
b. Membaca
halaman sebalik halaman judul (halaman verso). Di dalam halaman judul terdapat
katalog dalam terbitan yang dapat menampilkan subjek dari sebuah bahan pustaka
c. Membaca
daftar isi jika dengan membaca judul dan halaman kolofon belum diketaui subjek
dari sebuah koleksi.
d. Membaca
kata pengantar dari sebuah koleksi
e. Membaca
ringkasan buku yang biasanya terdapat pada halaman belakang buku.
f. Membaca
buku secara keseluruhan jika dengan melakukan berbagai instruksi di atas belum
ditemukan subjek dari koleksi tersebut.
g. Menggunakan
sumber-sumber lain seperti bibliografi, kamus.
h. Bertanya
kepada subjek spesialis jika semua langkah
telah dilakukan belum mampu menentukan subjek dari sebuah koleksi.
2.2.
Menentukan Notasi atau Nomor Klas
Notasi atau nomor klas dapat
diartikan sebagai simbol atau kode yang mewakili sebuah subjek bahan pustaka
dalam bagan klasifikasi. Notasi dapat berupa huruf, angka bahkan warna. Namun
diantara ketiga jenis notasi tersebut, angka merupakan jenis notasi yang banyak
digunakan oleh perpustakaan. Motivasi
perpustakaan memanfaatkan angka sebagai notasi salah satunya karena notasi
angka memiliki bagan yang berlaku secara internasional seperti Dewey Decimal Classification, Universal Decimal Classification dan Library of Conggress.
Berikut ini adalah penjelasan
tentang ketiga jenis notasi yang dapat digunakan oleh perpustakaan:
a.
Warna
Apabila perpustakaan
akan menggunakan warna sebagai identitas klasifikasi maka subjek dari koleksi
diwakili oleh satu jenis warna untuk setiap subjeknya. Misalnya warna
putih untuk subjek karya umum, merah untuk ilmu sosial, biru untuk subjek ilmu
terapan dan seterusnya. Akan tetapi notasi warna ini memiliki beberapa
kelemahan yaitu terbatasnya jumlah warna padahal subjek ilmu terus bertambah,
selain itu klasifikasi warna tidak optimal keberadaannya jika digunakan untuk
yang memiliki masalah dengan buta warna.
b.
Huruf
Pada prinsipnya
penggunaan abjad sebagai notasi hampir
sama dengan penggunaan warna dalam sistem klasifikasi, dimana setiap abjad
mewakili subjek tertentu. Misalnya huruf A mewakili subjek pengetahuan umum, B
mewakili subjek filsafat, C mewakili subjek agama dan seterusnya.
Dalam penggunaan sistem
abjad dapat juga digunakan inisial atau singkatan dari sebuah subjek. Misalnya
peu untuk subjek pengetahuan umum, Fil untuk subjek filsafat, slg untuk subjek
sosiologi, pol untuk subjek politik dan masih banyak lagi.
c.
Angka atau nomor
klasifikasi.
Jenis notasi yang
terakhir adalah notasi dengan menggunakan angka. Notasi angka diperoleh dari sistem klasifikas yang ada.
Saat ini ada berberapa sistem klasifikasi yang familiar digunakan di Indonesia.
Sistem tersebut antara lain Dewey
Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Library of Conggress (LC)
dan Colon Classification. Disini hanya akan dijelaskan satu sistem klasifikasi yaitu DDC karena sistem klasifikasi ini
adalah sistem klasifikasi yang paling banyak digunakan.
Dewey
Decimal Classification atau DDC merupakan salah satu
sistem klasifikasi yang familiar digunakan oleh banyak
perpustakaan di Tanah Air. Sistem ini menyangkut seluruh subjek ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis dan teratur. Pembagian ilmu (subjek
ilmu pengetahuan) dimulai dari subjek yang bersifat umum menuju subjek bersifat
khusus.
Pembagian subjek
dalam sistem ini dimulai dari subjek besar atau umum yang disebut dengan kelas
utama, kemudian diperinci menjadi divisi, selanjutnya divisi diperinci menjadi
sub divisi dan lebih rinci lagi menjadi tabel lengkap. Contohnya adalah sebagai
berikut
Sepuluh
kelas utama dalam DDC terdiri dari:
- 000 untuk
karya umum
- 100 untuk
filsafat dan psikologi
- 200 untuk
agama
- 300 untuk ilmu sosial
- 400 untuk
bahasa
- 500 untuk
ilmu murni (sains)
- 600 untuk
teknologi/ilmu terapan
- 700 untuk
kesenian dan olahraga
- 800 untuk kesusastraan
- 900 untuk
sejarah dan geografi
Divisi atau ringkasan ke II
-
300 untuk ilmu sosial
-
310 untuk statistik
-
320 untuk ilmu politik
-
330 untuk ekonomi
-
340 untuk hukum
-
350 untuk administrasi
publik, ilmu kemiliteran
-
360 untuk masalah dan
jasa sosial
-
370 untuk pendidikan
-
380 untuk perdagangan,
komunikasi dan perhubungan
-
390 untuk adat
istiadat, etiket dan folklor
Subdivisi atau ringkasan ke III
- 370 untuk Pendidikan
-
371 untuk
Pendidikan secara umum
-
372 untuk Pendidikan dasar
-
373 untuk Pendidikan menengah
-
374 untuk Pendidikan dewasa
-
375 untuk
Kurikulum
-
376 untuk
Pendidikan wanita
-
377 untuk
Sekolah dan agama
-
378 untuk
Pendidikan tinggi
- 379 untuk Pendidikan dan negara
DDC terdiri dari beberapa unsur-unsur pokok. Unsur-unsur tersebut antara
lain sistematika, notasi, indeks relatif dan tabel pembantu. Berikut ini
penjelasan dari masing-masing unsur tersebut
a.
Sistematika
Berupa bagan yang berisi pembagian
ilmu didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu.
b.
Notasi
adalah angka yang mewakili subjek-subjek tertentu. Angka dalam notasi DDC mewakili sebuah subjek. Angka atau notasi juga disebut dengan nomor
adalah angka yang mewakili subjek-subjek tertentu. Angka dalam notasi DDC mewakili sebuah subjek. Angka atau notasi juga disebut dengan nomor
c.
Indeks relatif
Adalah sejumlah tajuk subjek yang
disertai rincian aspek-aspeknya dan disusun secara alfabetis lengkap dengan
nomor klasifikasi
d.
Tabel Pembantu
Merupakan notasi khusus yang
digunakan untuk menyatakan aspek tertentu. Tabel pembantu yang ada dalam DDC
terdiri dari:
Tabel 1: Subdivisi standar
Tabel 2: Wilayah
Tabel 3: Subdivisi sastra
Tabel 4: Subdivisi bahasa
Tabel 5: Ras, etnik, kebangsaan
Tabel 6: Bangsa dan etnis
Tabel 7: Bahasa
Setelah pengetahui unsur-unsur DDC lalu bagaimana
memanfaatkan atau cara menggunakan sistem klasifikasi ini sehingga mampu
menentukan nomor klasifikasi yang benar. Langkah-langkah menggunakan DDC adalah sebagai berikut:
a. Lakukan Anasis subjek
Langkah pertama yang dilakukan untuk dapat menggunakan DDC
adalah dengan menuntukan subjek koleksi dengan melakukan analisis subjek.
Analisis subjek dilakukan dengan membaca judul, halaman judul, kata pengantar,
daftar isi, isi buku dan kesimpulan. Perhatikan hasil analisis subjek, apakah
subjek tersebut termasuk dalam kategori subjek dasar, subjek sederhana, subjek
majemuk dan subjek kompleks .
b. Gunakan Indeks relatif untuk mencari nomor klasifikasi
dengan cepat
Setelah menemukan subjek koleksi, selanjutnya cari nomor
klasifikasi subjek dengan bantuan indeks relatif. Indeks relatif akan membantu
menemukan nomor klasifikasi secara cepat karena indeks relatif menyusun subjek
(tajuk subjek) urut alfabetis.
c. Periksa bagan klasifikasi
Setelah menemukan nomor klasifikasi subjek pada indeks relatif
selanjutnya periksa nomor tersebut pada bagan klasifikasi untuk memastikan
bahwa nomor klasifikasi yang diperoleh tepat. Perhatikan juga instruksi yang
ditampilkan pada bagan. Apabila tidak ada instruksi maka silahkan gunakan nomor
tersebut untuk subjek yang telah anda tentukan dalam proses analisis subjek
Setelah melakukan klasifikasi deskriptif (analisis subjek dan
menentukan notasi) sehingga diperoleh notasi yang mewakili subjek ilmu sebuah
koleksi, selanjutnya hasil notasi tersebut (baik warna, huruf ataupun angka)
diletakkan dibagian paling atas dari nomor panggil atau call number. Nomor panggil minimal terdiri dari 3 bagian, yaitu
notasi, tiga huruf pertama nama pengarang (entri utama) dan satu hurup pertama
judul. Nomor panggil diletakkan dipunggung koleksi atau buku dan menjadi alat
identifikasi koleksi di jajaran rak koleksi. Selain itu nomor panggil juga
diletakkan dalam kartu katalog yang berfungsi sebagai wakil dokumen yang
memungkinkan penguna perpustakaan menemukan koleksi yang dibutuhkan secara
cepat dan tepat.
ini sumbernya dari mana mbk ?
BalasHapusterimakasih artikelnya sngat membantu, mohon untuk menulis sumber untuk penulisan kedepannya
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusInfonya sangat bermanfaat