Selasa, 13 Maret 2012

Pengadaan Bahan Non-Buku di Perpustakaan, Menyediakan Sumber Belajar yang Beragam



Bahan nonbuku merupakan salah satu bahan perpustakaaan yang mencakup katya orang yang dituangkan dalam bentuk tidak tercetak atau terjilid, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, gambar, peta, bentuk mikro, file digital, dan lain-lain. 

1. Pentingnya Bahan Non-Buku di Perpustakaan

Bahan non-buku memiliki peran penting dalam mendukung pendidikan dan penelitian. Beberapa alasan mengapa pengadaan bahan non-buku sangat penting antara lain:

  • Mendukung Berbagai Gaya Belajar: Setiap individu memiliki gaya belajar yang berbeda. Dengan menyediakan berbagai jenis bahan non-buku, perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pengguna, baik itu siswa, mahasiswa, maupun peneliti.

  • Meningkatkan Aksesibilitas: Bahan non-buku, seperti media audio-visual, dapat membuat informasi lebih mudah diakses dan dipahami, terutama bagi mereka yang kesulitan dalam membaca teks.

  • Menyediakan Sumber Belajar yang Beragam: Selain buku, bahan non-buku seperti jurnal, artikel, film, dan materi multimedia lainnya dapat memberikan perspektif yang lebih luas tentang topik tertentu.

  • Mendukung Pembelajaran Digital: Dengan berkembangnya teknologi, bahan non-buku yang bersifat digital seperti e-book, video pembelajaran, dan aplikasi pendidikan menjadi semakin relevan dalam mendukung proses pembelajaran.

2. Jenis-Jenis Bahan Non-Buku

Pengadaan bahan non-buku di perpustakaan meliputi berbagai jenis media dan sumber daya, di antaranya:

  • Audio-Visual: Ini termasuk film, video, dan rekaman suara. Media ini dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran, seperti film dokumenter atau rekaman ceramah.

  • Pangkalan Data Elektronik: Berbagai platform yang menyediakan akses ke informasi dan sumber daya digital. Pangkalan data ini sering digunakan untuk mencari artikel jurnal, buku elektronik, dan materi penelitian lainnya.

  • E-book: Buku dalam format digital yang dapat diakses melalui perangkat elektronik. E-book memberikan kemudahan dalam mencari dan mengakses informasi.

  • Bahan Multimedia: Ini termasuk presentasi, poster, infografis, dan materi interaktif lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

  • Perangkat Lunak dan Aplikasi: Aplikasi pendidikan dan perangkat lunak yang dapat mendukung pembelajaran, seperti program pemrograman, aplikasi matematika, atau software desain.

3. Proses Pengadaan Bahan Non-Buku

Pengadaan bahan non-buku di perpustakaan mengikuti beberapa langkah, antara lain:

  • Identifikasi Kebutuhan: Langkah pertama dalam pengadaan adalah mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Ini dapat dilakukan melalui survei, diskusi, atau analisis koleksi yang ada.

  • Pencarian Sumber: Setelah kebutuhan diidentifikasi, pustakawan perlu mencari sumber yang menyediakan bahan non-buku. Ini dapat mencakup penerbit, distributor, atau penyedia layanan online.

  • Evaluasi Kualitas: Bahan non-buku yang akan diadakan harus dievaluasi dari segi kualitas, relevansi, dan kredibilitas. Pustakawan harus memastikan bahwa bahan yang dipilih sesuai dengan standar akademik dan kebutuhan pengguna.

  • Proses Pembelian: Setelah bahan non-buku dipilih, pustakawan harus melakukan proses pembelian sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh lembaga. Ini termasuk pengadaan anggaran dan penawaran dari penyedia.

  • Pengolahan dan Penyimpanan: Setelah bahan diterima, pustakawan perlu melakukan pengolahan, seperti pengkatalogan dan penyimpanan, agar bahan non-buku dapat diakses dengan mudah oleh pengguna.

  • Promosi dan Penyebaran Informasi: Penting untuk mempromosikan bahan non-buku yang baru diadakan agar pengguna mengetahui dan memanfaatkan sumber daya tersebut.

4. Tantangan dalam Pengadaan Bahan Non-Buku

Meskipun pengadaan bahan non-buku memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, antara lain:

  • Anggaran Terbatas: Pengadaan bahan non-buku sering kali memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan buku cetak. Banyak perpustakaan yang menghadapi kendala anggaran dalam pengadaan bahan non-buku.

  • Penyedia yang Terbatas: Tidak semua penerbit atau penyedia layanan menyediakan bahan non-buku dengan kualitas yang diinginkan. Ini dapat membatasi pilihan bagi pustakawan.

  • Keterbatasan Ruang: Bahan non-buku seperti alat peraga atau media audio-visual memerlukan ruang penyimpanan yang cukup. Beberapa perpustakaan mungkin kesulitan untuk menyediakan ruang yang memadai.

  • Perubahan Teknologi yang Cepat: Dengan perkembangan teknologi yang cepat, perpustakaan harus selalu memperbarui koleksi bahan non-buku agar tetap relevan dan menarik bagi pengguna.

Beberapa cara pemesanan yang dipakai oleh perpustakaan khusus dan besar, yaitu dengan cara berikut :

  • Approval Plan, yaitu suatu perjanjian antara perpustakaan dengan penyalur yang mengizinkan penyalur secara otomatis mengirim suatu copy bahan-bahan pustaka yang ia miliki dari subjek tertentu atau bahan pustaka khusus kepada perpustakaan. Perpustakaan diizinkan untuk mengevaluasi bahan pustaka tersebut dalam jangka waktu tertentu untuk dibeli, dan mengembalikan bahan pustaka yang tidak terpilih.
  • Blanket Order, dalam sistem ini perpustakaan tidak berhak untuk mengembalikan bahan pustaka yang telah dikirim. untuk sistem ini, potongan harga yang diberikan cukup besar.
  • Standing Order, merupakan salah satu sistem blanket order, di mana penyalur mengirimkan sejumlah bahan pustaka yang sangat terbatas kepada perpustakaan untuk dibeli. Sistem ini biasanya dikerjakan oleh penerbit tertentu yang mempunyai spesialisasi khusus.

Berikut ini adalah cara pemesanan beberapa jenis bahan nonbuku, diantaranya adalah :
  • Rekaman Suara

Pembelian piringan hitam, pita kaset ataupun bentuk compact disc (CD) bisa dilakukan melalui jobber ataupun langsung ke produsen atau distributor karena lebih menguntungkan daripada membeli melalui penyalur lokal. Beberapa produsen menawarkan sistem standing order, dengan penawaran potongan harga yang besar.
  • Film dan Rekaman Video

Biasanya film mempunyai copy preview untuk dievaluasi oleh staf perpustakaan sebelum membeli.Film bisa dibeli, disewa, atau dikontrak dari distributor yang telah membeli film dari produsen. Hal ini tergantung dari kebijakan pengembangan koleksi apakah film perlu diadakan atau disewa saja. Demikian juga dengan rekaman video.
  • Bentuk Mikro

Penerbit dokumen dalam bentuk mikro ada yang berbentuk komersial misalnya Xerox dan ada pula yang nonkomersial, misalnya museum dan perpustakaan. Jenis dokumen dalam bentuk mikro biasanya adalah buku, majalah, terbitan pemerintah, tesis, disertasi dan surat kabar. Pembeliannya tidak berbeda dengan pembelian buku. Di Indonesia yang telah memproduksi dan menerima pesanan adalah PDII-LIPI.
  • Bahan Kartografi

Pembelian peta atau jenis lainnya bisa dilakukan melalui penerbit maupun distributor. Di Indonesia lembaga yang membuat peta adalah Badan Koordinasi dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal).
  • Sumber Daya Elektronik

Saat ini banyak bahan pustaka dalam bentuk elektronik. Seperti jurnal dalam bentuk CD ataupun jurnal on-line yang hanya bisa diakses melalui internet. Cara pembeliannya sama dengan cara pembelian bahan pustaka lainnya, yaitu bisa dibeli melalui toko buku, penerbit ataupun jobber. Seperti halnya buku, bahan nonbuku juga bisa diadakan secara online. Sebagai contohnya adalah melalui Amazon.com. Toko buku online dari Amerika ini menawarkan berbagai jenis bahan pustaka. 

Pengadaan bahan non-buku di perpustakaan merupakan aspek penting dalam menyediakan sumber belajar yang beragam dan mendukung proses pembelajaran. Dengan menyediakan berbagai jenis bahan non-buku, perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik dan meningkatkan minat baca serta pemahaman siswa. Meskipun terdapat tantangan dalam pengadaan bahan non-buku, langkah-langkah yang tepat dapat membantu pustakawan dalam mengatasi hambatan tersebut dan meningkatkan kualitas layanan perpustakaan. Dengan demikian, perpustakaan dapat berperan lebih aktif dalam menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan informasi dan pengetahuan.

1 komentar: