Selasa, 01 Juli 2025

Buku Terlaris Mei–Juni 2025: Rekomendasi Bacaan Lokal dan Internasional yang Wajib Kamu Miliki!

 

Mei dan Juni 2025 menjadi dua bulan yang dipenuhi dengan lonjakan minat baca, baik di Indonesia maupun secara global. Deretan buku dari berbagai genre mendominasi rak toko buku dan daftar bestseller. Mulai dari novel remaja, buku pengembangan diri, hingga fiksi distopia dan memoar, pembaca memiliki banyak pilihan bacaan menarik.

Artikel ini merangkum buku-buku terlaris terbitan lokal dan internasional sepanjang Mei–Juni 2025, lengkap dengan sumber terpercaya seperti Gramedia, Publishers Weekly, Washington Post, dan AP News.

🇮🇩 Buku Terlaris Lokal (Indonesia)

Berdasarkan laporan dari toko buku Gramedia dan berbagai platform digital, inilah buku lokal yang mencatat penjualan tinggi pada bulan Mei dan Juni 2025:

1. The Summer Hikaru Died 1

  • Genre: Fiksi remaja, misteri

  • Deskripsi: Kisah dua sahabat di pedesaan Jepang, salah satunya bukan lagi manusia.

  • Sumber: Gramedia Instagram

2. This is Me Letting You Go – Heidi Priebe

  • Genre: Esai reflektif, pengembangan diri

  • Deskripsi: Kumpulan tulisan pendek tentang melepaskan, tumbuh, dan menyembuhkan.

3. The Psychology of Money – Morgan Housel

  • Genre: Finansial

  • Deskripsi: Panduan memahami perilaku keuangan yang memengaruhi keputusan finansial.

4. Atomic Habits – James Clear (versi terjemahan)

  • Genre: Pengembangan diri

  • Deskripsi: Strategi membentuk kebiasaan kecil yang menghasilkan perubahan besar.

5. Hai Miiko! Vol. 37 – Ono Eriko

  • Genre: Komik anak-anak

  • Deskripsi: Seri komik lucu dan ringan tentang keseharian anak SD Jepang yang tetap populer di kalangan siswa.

🌍 Buku Terlaris Internasional

Sumber: Publishers Weekly, The Washington Post, dan Associated Press (AP News)

📖 Fiksi Dewasa (Hardcover)

1. Atmosphere – Taylor Jenkins Reid

  • Genre: Drama keluarga / emosional

  • Deskripsi: Kisah keluarga dan cinta yang saling bertabrakan dalam badai pilihan hidup.

  • Sumber: AP News

2. Bury Our Bones in the Midnight Soil – V.E. Schwab

  • Genre: Fantasi gotik

  • Deskripsi: Sebuah novel tentang kehilangan dan harapan yang tersembunyi dalam gelap.

📖 Thriller Politik

3. The First Gentleman – James Patterson & Bill Clinton

  • Genre: Thriller / Politik

  • Deskripsi: Kisah fiksi tentang suami presiden wanita pertama AS yang terlibat konspirasi global.

  • Sumber: AP News

📘 Nonfiksi Bestseller

4. The Let Them Theory – Mel Robbins

  • Genre: Self-help / motivasi

  • Deskripsi: Cara melepaskan kendali atas hal yang tak bisa kita ubah dengan elegan.

📗 Paperback Bestseller (Washington Post)

5. Remarkably Bright Creatures – Shelby Van Pelt

  • Genre: Drama, keluarga

  • Deskripsi: Cerita menyentuh tentang hubungan tak biasa antara wanita tua dan gurita raksasa.

  • Sumber: Washington Post

6. On Tyranny – Timothy Snyder

  • Genre: Sejarah politik

  • Deskripsi: 20 pelajaran dari abad ke-20 untuk menghadapi ancaman demokrasi modern.

🌟 Rilisan Baru yang Langsung Meledak

1. Sunrise on the Reaping – Suzanne Collins

  • Genre: Distopia, prekuel Hunger Games

  • Deskripsi: Latar peristiwa edisi Hunger Games ke-50 yang membentuk masa depan Panem.

  • Sumber: Wikipedia

2. The Emperor of Gladness – Ocean Vuong

  • Genre: Sastra kontemporer

  • Deskripsi: Refleksi puitis tentang identitas, cinta, dan kehilangan.

3. Onyx Storm – Rebecca Yarros

  • Genre: Romance fantasy

  • Deskripsi: Lanjutan dari seri Empyrean yang menyita perhatian pembaca internasional.

  • Catatan: Penjualan mencapai 2,7 juta eksemplar dalam bulan pertama.

📊 Tabel Ringkasan Buku Terlaris

Judul BukuPenulisGenreAsal
The Summer Hikaru Died 1MokumokurenFiksi remajaIndonesia (terjemahan)
Atomic HabitsJames ClearSelf-helpInternasional
AtmosphereTaylor Jenkins ReidFiksi emosionalAS
The Let Them TheoryMel RobbinsMotivasiAS
Sunrise on the ReapingSuzanne CollinsDistopiaInternasional
The First GentlemanBill Clinton & J. PattersonThriller politikInternasional
Hai Miiko! 37Ono ErikoKomikJepang (terjemahan)
The Psychology of MoneyMorgan HouselFinansialInternasional
Remarkably Bright CreaturesShelby Van PeltDrama keluargaInternasional

🎯 Penutup

Deretan buku terlaris Mei–Juni 2025 menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia dan dunia masih sangat tinggi. Baik kamu pencinta fiksi, penggemar self-help, atau penggemar distopia seperti Hunger Games, pasti ada buku yang bisa jadi teman liburan atau pembuka wawasan baru.

Jangan ragu untuk mengecek daftar ini saat kamu mampir ke toko buku atau menjelajahi platform digital. Siapa tahu, salah satu dari buku ini akan jadi favoritmu bulan ini!

Referensi:

Menyambut Tahun Ajaran Baru dengan Program Literasi: Inisiatif Kreatif untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa


Awal tahun ajaran adalah momen yang tepat untuk membangun kembali semangat belajar siswa setelah libur panjang. Di antara berbagai kegiatan pembuka tahun pelajaran, program literasi bisa menjadi motor penggerak yang menyenangkan sekaligus bermanfaat. Salah satu bentuknya adalah “Perpustakaan Gratis”, sebuah inisiatif sederhana namun berdampak besar dalam membangun budaya membaca sejak hari pertama.

Melalui berbagai aktivitas seperti membaca bersama, diskusi santai, permainan edukatif, serta kolaborasi dengan penerbit dan komunitas literasi, sekolah dapat menciptakan suasana belajar yang hangat dan inspiratif.

Mengapa Program Literasi di Awal Tahun Penting?

  • Membantu siswa beradaptasi dengan suasana belajar yang baru.

  • Menumbuhkan kembali minat baca setelah libur panjang.

  • Meningkatkan interaksi sosial dan keterampilan komunikasi siswa.

  • Menguatkan fungsi perpustakaan sebagai ruang belajar dan bermain yang menyenangkan.

Contoh Program Literasi di Awal Tahun Ajaran

Berikut lima contoh kegiatan yang bisa menjadi bagian dari program "Perpustakaan Gratis" di minggu pertama sekolah:

✅ 1. Perpustakaan Gratis Selama Seminggu

Deskripsi:
Buka perpustakaan secara bebas untuk semua siswa tanpa syarat peminjaman atau jam kunjungan. Tambahkan dekorasi menarik, musik lembut, dan sudut-sudut baca tematik.

Aktivitas pendukung:

  • Pemilihan "Buku Favorit Minggu Ini"

  • Sudut “Buku Terlaris” atau “Buku Ajaib”

  • Kartu tantangan membaca: 1 hari, 1 buku

Tujuan:
Menumbuhkan kebiasaan mampir dan membaca di perpustakaan secara alami tanpa tekanan.

✅ 2. Diskusi Buku Mini di Kelas atau Halaman Sekolah

Deskripsi:
Siswa membaca buku pilihan ringan, kemudian berbagi isi cerita atau tokoh favorit mereka secara bergilir.

Format sederhana:

  • “Apa yang kamu suka dari buku ini?”

  • “Jika kamu jadi tokohnya, apa yang akan kamu lakukan?”

  • "Berani tukar buku dengan temanmu?"

Tujuan:
Mengembangkan keberanian berbicara dan kemampuan memahami isi bacaan.

✅ 3. Permainan Edukatif Literasi

Deskripsi:
Adakan permainan yang berkaitan dengan kata, cerita, atau alur buku seperti:

  • Tebak Tokoh

  • Puzzle Cerita

  • Bingo Literasi

  • Tebak Judul dari Sampul

Tujuan:
Membuat suasana literasi menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak-anak, terutama di jenjang kelas rendah.

✅ 4. Storytelling oleh Guru, Alumni, atau Relawan

Deskripsi:
Undang guru, kepala sekolah, alumni, atau orang tua untuk membaca cerita anak-anak dengan gaya mendongeng. Gunakan alat bantu visual seperti boneka tangan atau papan cerita.

Bonus ide:
Buat “Panggung Cerita” sederhana dengan kain latar dan bantal duduk.

Tujuan:
Menumbuhkan cinta terhadap buku melalui pengalaman mendengar cerita yang ekspresif.

✅ 5. Pameran Buku dan Donasi Literasi

Deskripsi:
Adakan kegiatan pameran kecil-kecilan bekerja sama dengan penerbit atau toko buku lokal. Di saat bersamaan, buka program donasi buku dari orang tua, komunitas, atau alumni.

Kegiatan pendukung:

  • Tukar Buku: bawa 1 buku, ambil 1 buku

  • Buku untuk Teman: donasi untuk siswa di sekolah lain

  • Workshop singkat dari penerbit

Tujuan:
Menambah koleksi perpustakaan dan memperkuat budaya berbagi dalam literasi.

Kolaborasi dengan Komunitas dan Penerbit

Agar program literasi lebih maksimal, sekolah dapat bekerja sama dengan:

  • Komunitas literasi lokal atau taman bacaan masyarakat (TBM)
    → Bisa menyediakan relawan membaca atau menyumbangkan koleksi.

  • Penerbit dan toko buku
    → Beberapa penerbit seperti Erlangga, Mizan, dan BIP kerap memiliki program CSR (Corporate Social Responsibility) yang bisa dimanfaatkan sekolah.

  • Komite sekolah dan alumni
    → Bisa diundang untuk ikut serta dalam kegiatan storytelling atau mendukung anggaran donasi buku.

  • Relawan mahasiswa PPL atau KKN
    → Mereka bisa membantu mendampingi siswa saat membaca atau membuat pojok baca di kelas.

Tips Sukses Menjalankan Program Literasi Awal Tahun

  1. Rancang Jadwal Fleksibel
    Sesuaikan dengan jadwal MPLS dan waktu istirahat. Satu sesi 20–30 menit cukup untuk kegiatan literasi ringan.

  2. Gunakan Dekorasi yang Menarik
    Manfaatkan karton warna-warni, banner bertema buku, dan sudut baca yang nyaman untuk menarik perhatian siswa.

  3. Libatkan Semua Guru dan Siswa
    Minta tiap guru memilih 1 buku favorit untuk direkomendasikan. Libatkan siswa untuk membuat rak mini atau menulis kesan membaca.

  4. Dokumentasikan Kegiatan
    Ambil foto dan video untuk dibagikan di media sosial sekolah. Ini bisa menjadi bukti program aktif dan menarik minat komunitas luar untuk mendukung.

  5. Evaluasi dan Lanjutkan
    Setelah program awal selesai, lanjutkan dengan program bulanan seperti “Jumat Membaca”, “Buku Favorit Bulan Ini”, atau “Kelas Literasi Rutin”.

Penutup

Awal tahun ajaran tidak harus dimulai dengan suasana serius dan membebani. Justru dengan kegiatan ringan dan menyenangkan seperti program literasi perpustakaan gratis, siswa dapat merasa lebih rileks, semangat, dan terlibat aktif dalam budaya membaca.

Dengan kreativitas dan kolaborasi yang tepat, sekolah dapat menjadikan perpustakaan sebagai ruang yang hidup dan inspiratif sejak hari pertama. Literasi bukan lagi sekadar kewajiban, tapi menjadi kebiasaan yang ditunggu-tunggu.

Tantangan dan Solusi Pengelolaan Perpustakaan SD: Tips Jitu Mengelola dengan Sumber Daya Terbatas


Perpustakaan Sekolah Dasar (SD) merupakan pusat belajar yang sangat penting dalam menumbuhkan kebiasaan membaca, meningkatkan keterampilan literasi, dan memperluas wawasan siswa sejak dini. Namun, dalam praktiknya, banyak perpustakaan SD di Indonesia menghadapi tantangan serius, seperti keterbatasan koleksi buku, minimnya anggaran, dan kurangnya sumber daya manusia.

Apakah dengan keterbatasan ini perpustakaan sekolah tidak bisa berkembang? Tentu bisa. Artikel ini akan membahas tantangan umum yang dihadapi pustakawan SD dan memberikan solusi praktis serta tips mengelola perpustakaan dengan sumber daya terbatas.

Tantangan Pengelolaan Perpustakaan SD

1. Koleksi Buku yang Terbatas dan Tidak Mutakhir

Banyak perpustakaan SD hanya memiliki buku-buku lama yang tidak lagi relevan dengan kurikulum atau minat siswa masa kini. Buku pengayaan seperti fiksi anak, cerita bergambar, dan buku sains populer masih sangat kurang.

2. Anggaran Operasional yang Minim

Kendati sudah ada alokasi dana BOS untuk perpustakaan (minimal 10% sesuai Permendikbudristek No. 8 Tahun 2025), praktik di lapangan menunjukkan bahwa dana tersebut sering kali digunakan untuk kebutuhan prioritas lain seperti honor guru atau pemeliharaan.

3. Keterbatasan Ruang dan Fasilitas

Beberapa sekolah tidak memiliki ruangan khusus untuk perpustakaan, atau jika ada, kondisi ruangannya tidak nyaman, pengap, atau tidak memiliki pencahayaan yang cukup.

4. Kurangnya Tenaga Pustakawan Profesional

Di sekolah dasar, pengelolaan perpustakaan sering dirangkap oleh guru atau staf tata usaha yang tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan.

5. Rendahnya Minat Baca Siswa

Meski sudah tersedia koleksi dan ruangan, beberapa siswa kurang terdorong untuk mengakses perpustakaan karena kurangnya promosi, kegiatan literasi, atau keterlibatan guru dan orang tua.

Solusi dan Tips Mengelola Perpustakaan dengan Sumber Daya Terbatas

✅ 1. Optimalkan Koleksi yang Ada

  • Lakukan inventarisasi ulang: Kelompokkan buku berdasarkan kategori dan sesuaikan dengan kebutuhan kurikulum.

  • Perbaiki buku rusak: Gunakan teknik sederhana seperti melaminasi halaman yang sobek atau menjilid ulang buku.

  • Rotasi koleksi antar kelas atau antar sekolah: Bila memungkinkan, adakan program tukar buku antarsekolah dalam satu gugus atau kecamatan.

✅ 2. Manfaatkan Dana BOS Secara Maksimal

  • Buat rencana anggaran tahunan perpustakaan dalam RKAS sekolah dengan menegaskan penggunaan minimal 10% dana BOS untuk pengadaan buku, pengembangan fasilitas, dan kegiatan literasi.

  • Ajukan proposal ke kepala sekolah dan komite untuk mendapat dukungan dan persetujuan dalam perencanaan anggaran.

✅ 3. Bekerja Sama dengan Pihak Eksternal

  • Ajukan donasi buku ke lembaga sosial, penerbit, alumni, atau orang tua siswa.

  • Manfaatkan program pemerintah dan NGO, seperti Gerakan Literasi Nasional, Taman Bacaan Masyarakat, atau donasi dari Perpustakaan Nasional.

  • Gunakan platform digital terbuka seperti Let’s Read Indonesia, Ipusnas, atau Literasi Digital Kemendikbud.

✅ 4. Ciptakan Pojok Baca dan Perpustakaan Mini

  • Jika tidak memiliki ruangan besar, cukup buat pojok baca sederhana di kelas atau lorong sekolah dengan rak buku bekas dan karpet.

  • Gunakan barang-barang bekas seperti dus, kayu palet, atau botol plastik untuk membuat rak atau dekorasi menarik.

  • Tambahkan poster motivasi membaca dan warna-warni agar menarik perhatian siswa.

✅ 5. Libatkan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan

  • Bentuk tim kecil dari siswa untuk menjadi “Duta Baca” atau “Penjaga Rak”.

  • Guru dapat membantu mempromosikan buku baru dan mendorong murid untuk menulis resensi sederhana.

  • Jadwalkan kunjungan kelas ke perpustakaan secara bergilir setiap minggu.

✅ 6. Adakan Kegiatan Literasi Rutin

  • Lomba membaca, bercerita, dan menulis bisa diadakan dengan biaya minimal.

  • Buat program “1 Minggu 1 Buku” untuk menumbuhkan kebiasaan membaca rutin.

  • Gunakan hari-hari besar nasional seperti Hari Buku Sedunia atau Hari Guru untuk mengadakan acara spesial di perpustakaan.

✅ 7. Gunakan Teknologi Sederhana

  • Gunakan aplikasi pengelolaan pustaka gratis seperti SLiMS untuk katalog buku.

  • Buat katalog digital sederhana menggunakan Google Sheet atau Canva untuk mempromosikan koleksi.

  • Bagikan daftar buku rekomendasi melalui WhatsApp wali kelas atau media sosial sekolah.

Penutup

Mengelola perpustakaan SD dengan sumber daya terbatas memang menantang, tetapi bukan tidak mungkin. Dengan kreativitas, kolaborasi, dan semangat literasi, perpustakaan tetap bisa menjadi tempat yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siswa.

Perpustakaan bukan tentang seberapa banyak buku yang dimiliki, tetapi bagaimana buku-buku itu dimanfaatkan untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap membaca dan belajar. Setiap pustakawan dan guru memiliki peran penting dalam mewujudkannya.


Strategi Optimal Alokasi 10 % Dana BOS untuk Perpustakaan Sekolah Berdasarkan Permendikbudristek No. 8 Tahun 2025


Perpustakaan sekolah kini menjadi jantung dalam pengembangan literasi dan budaya baca siswa. Melalui Permendikbudristek Nomor 8 Tahun 2025, pemerintah menetapkan bahwa minimal 10 % dari semua dana BOS Reguler wajib dialokasikan untuk pengembangan perpustakaan—sebuah langkah tegas untuk mendorong minat baca dan memastikan setiap sekolah memiliki koleksi dan layanan perpustakaan yang berkualitas.

1. Dasar Hukum Alokasi Dana

Permendikbudristek No. 8/2025 menggantikan regulasi sebelumnya dan mempertegas struktur penggunaan Dana BOS. Pasal 38 ayat (2) menyatakan alokasi paling sedikit 10 % dari total BOS Reguler untuk pengembangan perpustakaan, khususnya untuk penyediaan buku radartasik.id.

2. Komponen Pengembangan Perpustakaan yang Didanai

Dana minimal 10 % dapat digunakan untuk:

  • Pengadaan buku teks dan nonteks, termasuk buku digital dan modul ajar.

  • Furniture perpustakaan: rak, meja baca, kursi, dan aksesori pendukung.

  • Sistem otomasi perpustakaan: SLiMS, barcode scanner.

  • Pelatihan pustakawan, pengelolaan koleksi, dan workshop literasi.

  • Kegiatan literasi, seperti lomba baca, pojok baca, storytelling.

Komponen-komponen ini juga didukung oleh ketentuan dalam juknis BOSP 2025 pada implementasi BOS Reguler.

3. Bagan Persentase Alokasi Dana BOS Reguler

Komponen PenggunaanBatas Persentase
Perpustakaan (minimal)10 %
Pemeliharaan sarana-prasaranaMaks. 20 %
Honor tenaga pendidik (guru non‑ASN)Maks. 50 %
Komponen lainnya (pembelajaran, admin, dll.)Sisa setelah alokasi

  • Perpustakaan: Alokasi wajib minimum 10 % 
  • Pemeliharaan: Maksimal 20 % dari total BOS

  • Honor guru non‑ASN: Maksimal 50 % dari keseluruhan BOS

Sisa sekitar 30–40 % dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran, administrasi, fasilitas teknologi pembelajaran, serta kegiatan peningkatan SDM.

4. Contoh Kasus Perhitungan

Misalnya suatu SD menerima Rp300 juta Dana BOS:

  • Perpustakaan: 10 % → Rp30 juta

  • Pemeliharaan: 20 % → Rp60 juta

  • Honor guru non‑ASN: hingga 50 % → Rp150 juta

  • Sisa untuk kegiatan lain: Rp60 juta

➡️ Dalam hal perlu, honor bisa diturunkan agar lebih dialokasikan ke perpustakaan atau pemeliharaan.

5. Rekomendasi Strategis Pemanfaatan

A. Prioritaskan Pengadaan Buku Beragam

  • Alokasikan minimal 60 % dari dana perpustakaan untuk buku fisik berkualitas kurikulum dan literasi.

  • Sisihkan sisanya untuk e-book, modul pembelajaran, dan referensi digital.

B. Upgrade Fasilitas dan Kenyamanan

  • Setidaknya 20 % alokasi perpustakaan digunakan untuk furniture, penerangan, AC/kipas, dan rak buku.

C. Digitalisasi dan Sistem Katalog

  • Gunakan aplikasi gratis seperti SLiMS untuk manajemen koleksi.

  • Investasi pada scanner barcode dan pelabelan buku meningkatkan efisiensi.

D. Pelatihan dan Literasi

  • Sisihkan sekitar 10 % dana perpustakaan untuk training pustakawan serta kegiatan literasi.

  • Adakan kegiatan motivasi baca agar siswa aktif dan rutin mengunjungi perpustakaan.

6. Monitoring dan Pelaporan

Semua penggunaan dana harus masuk dalam RKAS, disertai bukti pendukung (nota, foto, dokumentasi acara). Laporan BOS tahap I disampaikan paling lambat 31 Juli, dan laporan tahunan paling lambat 31 Januari.

7. Best Practices dari Sekolah

  • SD Negeri Inovatif A: mengalokasikan Rp25 juta (10 %) untuk menambah koleksi berbagai jam, ruang baca nyaman, serta 3 kali lomba bercerita.

  • SMP Cerdas Literasi: digitalisasi koleksi, manjaga database buku, dan membuat blogger perpustakaan untuk review buku.

8. Tantangan & Tips Mitigasi

  1. Kurangnya pemahaman tim sekolah

    • Solusi: adakan sosialisasi juknis BOS serta workshop perencanaan.

  2. Pembatalan anggaran karena honor berlebihan

    • Solusi: optimasi pembagian honor, pemeliharaan, dan penggunaan dana perpustakaan sesuai proporsi.

  3. Minat siswa rendah

    • Solusi: jadwalkan kegiatan rutin dan edukasi tenaga guru untuk mendorong literasi, serta adakan promosi kreatif acara baca.

Kesimpulan

Alokasi minimal 10 % Dana BOS Reguler untuk perpustakaan memberikan kesempatan besar untuk memperkuat fasilitas, koleksi, dan banyak kegiatan literasi di sekolah. Dengan tetap mematuhi ketentuan pemeliharaan (20 %) dan honor (maks. 50 %), sekolah dapat mewujudkan perpustakaan yang nyaman, lengkap, digital, serta menjadi pusat kegiatan literasi yang atraktif dan inspiratif.