Kamis, 26 September 2013

PEMBINAAN MINAT BACA

Dalam era pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, peran perpustakaan dan pusat informasi makin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat sebagai sumber informasi pembangunan maupun sarana belajar dan mengajar untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan. Selain itu, perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal yang dapat memberi kesempatan kelangsungan pendidikan sepanjang hayat.
Buku sebagai salah satu perangkat komunikasi massa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam memacu minat baca masyarakat. Membaca merupakan suatu kegiatan paling dasar dalam pendidikan dan merupakan satu keterampilan serta kebiasan yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui membaca masyarakat dapat menemukan ide-ide baru, mendapatkan informasi, dan menambah ilmu pengetahuan sehingga wawasannya menjadi luas.
Perpustakaan sebagai penampung buku-buku yang berisi berbagai ragam informasi dan sarana tempat membaca maka terdapat implikasi lebih jauh bahwa perpustakaan bermanfaat bagi masyarakat sebagai tempat mengembangkan minat baca. Oleh karena itu, media komunikasi massa yang disediakan oleh perpustakaan hendaknya mampu menumbuhkan minat baca masyarakat, dalam hal ini koleksi perlu dipersiapkan sesuai dengan usia, tingkat kematangan, dan kecakapan berfikir.
Minat Baca di Indonesia
Kegiatan membaca dan menulis menyangkut masalah bahasa dan huruf yang dipakai untuk menuliskan suatu tulisan . Pilihan terhadapa bahasa dan huruf yang dipakai merupakan kesepakatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multilingual (memiliki banyak bahasa). Sebelum mengenal bahsa Indonesia, pada umumnya mereka mengenal lebih dahulu bahasa daerah. Namun tidak semua bahasa daerah memiliki huruf untuk menuliskannya. Akibatnya, tradisi membaca dan menulis hanya berkembang pada lingkungan terbatas atau pada masyarakat tertentu, seperti di lingkungan pemakai tulisan Jawa. Di lingkungan penutur bahasa Melayu sebelum memakai huruf latin, orang telah mengembangkan tradisi membaca dan menulis huruf Arab.
Minat baca dalam bahasa Indonesia merupakan hal baru dalam masyarakat Indonesia, sebab pada umumnya bahasa Indonesia merupakan bahsa kedua bagi orang Indonesia. Melalui sumpah pemuda 1928, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional. Kemudian, dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 36, bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa Negara, yang berfungsi sebagai :
  • Bahasa resmi Negara.
  • Bahasa pengantar di lingkungan pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
  • Bahasa pengantar untuk kepentingan administrasi pemerintah dan pembangunan nasional.
  • Bahasa pengantar untuk kepentingan pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan.
Dalam skala yang lebih luas dapat dilihat bahwa sekitar 80% penduduk Indonesia berada di pedesaan, dengan taraf pendidikan yang relative rendah. Mereka yang berada di perkotaan sekitar 20%, dengan sarana pendidikan yang relative cukup. Bagaimana minat baca mereka?
Beberapa cara dapat dipakai untuk melihat selinas tentang minat baca masyarakat Indonesia, misalnya dengan melihat judul buku. Apabila setiap judul buku terbit dengan oplah rata-rata 3.000 eksemplar dan baru habis terjual sekitar 2-3 tahun kemudian maka persoalannya bukan hanya terletak pada daya beli, tetapi juga minat baca masyarakat. Oleh karena dengan oplah sekitar9,7 juta terbit, belum menunjukkan perbandingan yang memadai dengan jumlah penduduk Indonesia yang besarnya 200 juta lebih.
Pembinaan minat baca merupakan salah satu aspek dari 10 aspek pembinaan perpustakaan.. Karena itu pembinaan minat baca merupakan tanggung jawab para pengelola perpustakaan. Pengembangan minat baca bukanlah persoalan yang mudah bagi para pustakawan, karena pekerjaan ini memerlukan perencanaan tersendiri.
Pembinaan minat baca serta kebiasaan membaca merupakan usaha jangka panjang yang harus dimulai seawal mungkin. Karena menumbuhkan minat atau kegemaran membaca tidak dapat dicapai secara mendadak sehingga caranya harus melalui suatu proses dalam bentuk penanaman dan pembiasaan yang berkesinambungan. Untuk melatih kebiasaan membaca dituntut adanya kemauan yang keras dan disiplin yang tinggi serta konsentrasi, baik pikiran maupun perhatian yang baik. Minat baca tidak akan timbul begitu saja tanpa adanya bimbingan dan pembinaan, serta masalah membaca menjadi salah satu kebutuhan bagi setiap individu.
Kebiasaan membaca tidaklah timbul semata-mata karena adanya kemauan dan kesenangan membaca sesuatu bahan bacaan tertentu secara langsung, akan tetapi harus diawali dengan :
  • Kebiasaan orang tua membaca.
  • Memperkenalkan buku bacaan oleh orang tua kepada anaknya sedini mungkin atau pada awal kehidupannya.
  • Penyediaan bahan bacaan yang tepat dan baik pada anak.
  • Lingkungan rumah untuk kegiatan membaca.
  • Menanamkan rasa cinta terhadap buku, memupuk kesadaran membaca dan menanamkan kebiasaan membaca oleh orang tua pada anaknya.
  • Menunjukkan buku sebagai sumber informasi yang diperlukan.
  • Dukungan dari berbagai pihak, seperti dari guru, masyarakat, pemerintah, penerbit, toko buku, dan sebagainya yang terkait, untuk secara sadar dan terus menerus, serta memperbanyak jumlah buku dan kemudian tenaga pustakawan yang professional.
  • Memberikan dasar-dasar arah studi yang mandiri.
Tanpa keikutsertaan keluarga, terutama orang tua, apalah artinya nilai sebuah buku bagi masa depan seseorang. Kalau orang tua senang membaca, anak-anak kebanyakan sudah diarahkan untuk membaca, dan hanya anak-anak yang melihat orang tuanya gemar membaca akan suka membaca pula. Di sini peneladanan memegang kunci utama baik di rumah maupun di sekolah. Karena dengan peneladanan dan pembiasaan sejak kecil atau awal dari kehidupan akan sangat bermanfaat, apalagi dalam abad informasi seperti sekarang, di mana membaca merupakan kunci pembuka ilmu pengetahuan.


Sabtu, 18 Mei 2013

STAF PERPUSTAKAAN SEKOLAH


Staf menjadi tulang punggung perpustakaan, termasuk perpustakaan sekolah. Mereka diperlukan untuk mendukung program-program pengajaran disekolah agar berhasil. Mereka diperlukan untuk mengatur dan menjalankan kegiatansehari-hari di perpustakaan. Perpustakaan sekolah yang mempunyai program-program kegiatan yang baik akan memerlukan tenaga-tenaga yang cakap dan terampil agar mampu memberikan pelayanan yang efektif.

Pustakawan Sekolah
Pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Pustakawan yang berada di lingkungan suatu sekolah inilah yang disebut pustakawan sekolah. Pustakawan sekolah harus mempunyai kualifikasi dalam bidang pendidikan dan perpustakaan. Kualifikasi pertama diperlukan karena pustakawan sekolah mempunyai tanggung jawab ikut membina dan mendidik murid dalam proses belajar mengajar di sekolah, hingga sampai pada perkembangan yang maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan. Kualifikasi kedua diperlukan karena jelas bahwa ia harus memainkan perannya sebagai pengelola perpustakaan. Tugas atau pekerjaan pustakawan sekolah bersifat profesi. Meskipun demikian ia harus dapat pula mengerjakan pekerjaan yang bersifat nonprofesi. Dari segi tingkatan kualifikasi, pustakawan dimasukkan ke dalam tingkat professional.

Asisten Pustakawan
Sebagian besar tugas asisten pustakawan adalah membantu tugas pustakawan, terutama untuk jenis pekerjaan yang bersifat profesi. Menurut jenjang jabatan pustakawan, asisten pustakawan merupakan jenjang jabatan yang terendah. Dari segi tingkatan kualifikasi, asisten pustakawan dimasukkan ke dalam tingkat semiprofessional.
Teknisi
Teknisi adalah tenaga perpustakaan yang sepenuhnya bertugas mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat nonprofesi, misalnya pengagendaan, pengetikan kartu-kartu, pelabelan, penggandaan, pelayanan, peminjaman dan pengembalian bahan pustaka, dan sebagainya.

Sukarelawan Murid
Murid-murid bisa dilibatkan dalam kegiatan perpustakaan sebagai petugas sukarelandan sifat tugasnya sekedar membantu. Melibatkan murid-murid dalam kegiatan perpustakaan ini sangat besar manfaatnya baik bagi pihak pustakawan, perpustakaan maupun murid itu sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap bahan pustaka sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki, merawat, dan memperlakukan bahan pustaka sebagaimana mestinya.
Sukarelawan murid ini sebaiknya diperbantukan di bagian pelayanan pembaca, baik pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi maupun pelayanan lainnya secara bergiliran.

Tugas-Tugas Staf Perpustakaan
Tugas-tugas staf perpustakaan mencakup dua jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan yang besifat profesi dan bersifat nonprofesi.

Pekerjaan yang bersifat profesi antara lain :
  • Membuat kebijakan-kebijakan tertentu dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan.
  • Membuat perencanaan mengenai pembinaan dan pengembangan perpustakaan.
  • Menjalin kerjasama/hubungan dengan berbagai pihak di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
  • Membuat perencanaan anggaran pendapatan dan belanja perpustakaan.
  • Menetapkan standar bahan pustaka yang dipergunakan.
  • Menetapkan nomor klasifikasi bahan pustaka.
  • Menetapkan katalog yang akan dibuat.
  • Menetapkan sistem pelayanan peminjaman bahan pustaka serta pelayanan lain.
  • Memberi layanan informasi.
  • Memberi penyuluhan tentang perpustakaan.
  • Melatih murid menggunakan perpustakaan.
Pekerjaan yang bersifat nonprofesi antara lain :
  • Melakukan pencatatan bahan pustaka dalam buku inventaris.
  • Melakukan pengecapan bahan pustaka.
  • Menempelkan label pada bahan pustaka.
  • Menyusun bahan pustaka di rak (shelving).
  • Menyusun kartu-kartu katalog (filing).
  • Melayani peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.
  • Mencatat data untuk statistik perpustakaan.
Jumlah Tenaga Perpustakaan Sekolah
Memang sulit untuk menetapkan secara tepat berapa jumlah tenaga yang diperlukan oleh suatu perpustakaan sekolah. Berikut ini adalah ketentuan yang disampaikan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan dalam Pedoman/Standar Perpustakaan Sekolah untuk menetapkan tenaga perpustakaan sekolah yang mengacu pada banyaknya unit program pengajaran di masing-masing tingkat sekolah (SD, SMP, SMA) :

Perpustakaan Sekolah Dasar
Untuk Sekolah Dasar yang mempunyai 3 unit program pengajaran pada dasarnya memerlukan 8 tenaga, yang terdiri atas : 1 Kepala, 1 Asisten, 2 Tenaga Administrasi (Teknisi), dan 4 tenaga Bantuan Siswa (Sukarelawan Murid).

Perpustakaan Sekolah Menengah Pertama
Untuk Sekolah Menegah Pertama yang mempunyai 4 unit pengajaran diperlukan 8 tenaga, yang terdiri atas: 1 Kepala, 1 Asisten, 2 Tenaga Administrasi (Teknisi), dan 4 tenaga Bantuan Siswa (Sukarelawan Murid).

Perpustakaan Sekolah Menengah Atas
Untuk Sekolah Menegah Atas yang mempunyai 4 unit pengajaran diperlukan 12 tenaga, yang terdiri atas: 1 Kepala, 2 Asisten, 3 Tenaga Administrasi (Teknisi), dan 6 tenaga Bantuan Siswa (Sukarelawan Murid).

Sebagai pengetahuan tambahan, berikut adalah gambaran mengenai kebutuhan pustakawan di sekolah dari berbagai Negara lain seperti Australia, Kanada, Jerman dan Hungaria.
Australia
Untuk sekolah yang jumlah muridnya <250 diperlukan 1 tenaga pustakawan yang bekerja sebagian waktu (part-time librarian). Sedangkan untuk sekolah yang muridnya >250 diperlukan seorang tenaga pustakawan yang bekerja sepanjang waktu (full-time librarian).

Kanada
Untuk sekolah yang jumlah muridnya 30-150 diperlukan 1 tenaga pustakawan yang bekerja sebagian waktu (part-time librarian). Sedangkan untuk sekolah yang muridnya 15-300 diperlukan minimum 1tenaga pustakawan yang bekerja sepanjang paruh waktu (part-time librarian). Dan apabila jumlah muridnya >300 diperlukan 1 tenaga pustakawan untuk 300 murid pertama, kemudian untuk tiap 500 murid selebihnya diperlukan 1 tenaga pustakawan.

Jerman
Tiap 500 murid diperlukan 1tenaga pustakawan, 1 asisten pustakawan, dan 1 teknisi.

Hungaria
Untuk sekolah yang jumlah muridnya <dari 500 dan <16 kelas diperlukan 1 tenaga pustakawan yang bekerja sebagian waktu (part-time librarian). Sedangkan untuk sekolah yang muridnya >500 dan >16 kelas diperlukan 1tenaga pustakawan yang bekerja sepanjang waktu (full-time librarian).







Jumat, 17 Mei 2013

PERPUSTAKAAN SEKOLAH

PENGERTIAN
Pengertian perpustakaan sekolah meliputi perpustakaan yang berada di sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan di sekolah lanjutan tingkat atas. Di masing-masing tingkatan sekolah ini makna perpustakaan dapat sama, tetapi tujuan dan programnya bisa berbeda. Misalnya di sekolah dasar, tujuan dan program perpustakaan akan lebih diarahkan untuk membantu siswa belajar membaca dan mengenal berbagai macam buku sehingga bangkit minatnya untuk mencintai buku.
Di sekolah menengah, siswa dianggap sudah dapat membaca, tetapi kemampuan dan keterampilan membaca buku dalam berbagai cabang ilmu harus mulai dikenalkan dan dibina.
Perpustakaan yang ada disekolah itu dikelola dan digunakansepenuhnya bagi kepentingan guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar. Istilah dikelola dan digunakan sepenuhnya mengandung maknabahwa buku-buku tersebut harus dipilih melalui prosedur tertentu, diolah melalui pengkatalogan dan pengklasifikasian, dan disajikan bagi pemenuhan kebutuhan guru dan siswa. Perpustakaan sekolah harus dapat dirasakan pengaruhnya oleh para guru dan siswa bagi pengembangan pribadi maupun intelektualnya.
Perpustakaan tidak cukup hanya dikelola dengan baik, informasi yang tersedia di perpustakaan juga harus dikomunikasikan. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para guru, dan juga siswa, semua perlu diberi tahu informasi apa yang tersedia di perpustakaan.  Sebab perpustakaan sebenarnya tidak hanya sekedar mengelola koleksi buku secara fisik, melainkan mengelola informasi yang penting untuk belajar siswa.

FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Fungsi perpustakaan yang dikaitkan dengan berbagai kegiatan dalam pelayanan yang secara tradisional telah dikerjakan oleh perpustakaan meliputi :


  • Pusat Layanan Bahan Pustaka
Fungsi pertama perpustakaan sekolah ialah menjadi pusat layanan bahan-bahan pustaka bagi siswa dan guru. Layanan kepada siswa dapat bermacam-macam, tergantung dari tingkat usia dan pendidikan mereka. Namun, karena siswa pada tingkat pendidikan dasar pada umumnya masih sangat perlu diberi banyak motivasi untuk senang membaca, maka pemberian layanan yang berupa penyediaan berbagai bahan bacaan yang merangsang minat baca mereka sangat diutamakan. Bahan-bahan bacaan yang dimaksud disini bukan buku-buku pelajaran atau buku-buku yang diharuskan oleh guru untuk dibaca, melainkan bahan-bahan bacaan yang dapat menarik minat mereka untuk menyentuhnya dan kemudian membacanya.
Adanya kerjasama antara guru dan pustakawan akan sangat membantu dalam mengarahkan atau menunjukkan bahan-bahan pustaka yang baik dan perlu dibaca oleh setiap siswa. Seyogyanya keinginan membaca dan belajar murid-murid tersebut terus diikuti dan dikembangkan dengan cara menyediakan bahan-bahan pustaka yang cukup bervariasi. Koleksi yang beranekaragam akan sangat memperkaya pengalaman batin dan intelektual siswa.

  • Bimbingan Membaca
Fungsi kedua dalam kegiatan pelayanan perpustakaan sekolah ialah memberi bimbingan membaca. Dalam kaitannya dengan membaca, terdapat dua macam pendekatan, yaitu bimbingan langsung dan tidak langsung. Dalam bimbingan tak langsung , guru dan pustakawan tidak perlu berhadapan langsung dengan siswa melainkan dengan cara menyediakan suasana belajar yang mendukung sehingga siswa dapat melakukan pemecahan masalahnya dengan bergaul dan berinteraksi dengan teman-teman didalam kelompoknya.
Bimbingan dengan pendekatan langsung berarti guru dan pustakawan harus sering berhadapan dengan siswa, apakah secara individu atau secara kelompok. Dengan bimbingan yang benar siswa akan mendapatkan kemajuan di dalam berbagai tingkatan keterampilan membaca.

  • Faktor Pengikat
Fungsi perpustakaan sekolah yang lain yang cukup penting ialah sebagai pengikat pengalaman belajar siswa selama di sekolah. Membaca di perpustakaan merupakan kegiatan yang nyata untuk menambah apa yang tidak diperoleh di dalam kelas, sedangkan membaca di kelas dalam pelajaran membaca sifatnya sangat semu. Dengan membaca di perpustakaan, anak akan mengetahui bahwa pengetahuan tidak terbatas di dalam buku-buku pelajaran saja. Ia bahkan akan memperoleh keterampilan-keterampilan baru untuk memilih dan mengevaluasi buku, karena memang sumber pustakanya banyak. Pengalaman yang diperolehnya selama membaca di perpustakaan inilah yang akan memberikan pengaruh yang besar sekali terhadap kemampuan intelektual, keluasan pandangan, dan kekuatan pribadinya.